Bandung, CNN Indonesia -- Depresiasi mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terjadi beberapa waktu terakhir dinilai Bank Indonesia (BI) masih dalam taraf wajar sehingga intervensi BI secara langsung untuk mengerem laju depresiasi belum diperlukan.
"Bukan rupiah yang melemah sebenarnya, tapi dolar yang menguat. Itu yang harus (kita) maknai bahwasanya kalau pelemahan ini juga masih dalam taraf yang wajar," ujar Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Solikin M. Juhro pada acara pelatihan wartawan BI di Bandung, Sabtu (28/2).
Solikin meyakinkan BI akan terus menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Stabil dalam arti tidak berfluktuasi secara berlebihan dan konsisten dengan pencapaian perkembangan ekonomi pencapaian stabilitas makro secara keseluruhan. Depresiasi rupiah yang saat ini terjadi dinilai masih konsisten terhadap kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adanya apresiasi nilai tukar rupiah untuk saat ini dinilai Solikin akan menurunkan daya saing (competitiveness) harga barang ekspor Indonesia di mata negara lain yang akan secara langsung berpengaruh pada tingkat defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) . Selain itu, depresiasi rupiah yang terjadi juga diharapkan dapat menekan impor barang konsumsi.
"Apakah BI itu akan mengintervensi dan lain sebagainya tentunya kita akan melihat bagaimana konsekuensinya terhadap upaya stabilitas makro tadi," kata Solikin
Saat ini BI masih berupaya untuk mencapai sasaran inflasi di kisaran empat plus satu persen dan menjaga kestabilan perekonomian. CAD Indonesia di levelnya saat ini yaitu tiga persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB), menurut Solikin, masih wajar bagi negara berkembang tetapi masih ada risiko dari turunnya harga komoditas dunia yang berpengaruh pada nilai ekspor non migas Indonesia. Apabila pemerintah menginginkan perbaikan pada CAD maka depresiasi nilai tukar yang terjadi bukanlah suatu hal yang negatif.
Kendati demikian, Solikin meyakinkan bahwa BI terus mengawasi pasar dan menjaga agar depresiasi rupiah tidak terjadi berlebihan sehingga mendorong terjadinya inflasi.
Dia berharap pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur sehingga fundamental dan kapasitas perekonomian Indonesia semakin kuat. Solikin yakin apabila perekonomian Indonesia menguat dengan sendirinya mata uang rupiah juga akan menguat.
"Perekonomian menguat sudah pasti mata uang menguat tetapi mata uang menguat belum tentu pereknomian menguat," pungkas Solikin.
Sebagai informasi, perdagangan rupiah pada hari ini dibuka melemah 0,34 persen ke level Rp 12.976 per dolar dari penutupan perdagangan minggu lalu, Rp 12.932 per dolar.
(gen)