Bebaskan 13 Ribu Hektare Lahan Garam, Kemenperin Turun Tangan

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Rabu, 04 Mar 2015 07:57 WIB
"Jika bisa membangun ladang garam di NTT, maka kita bisa memroduksi garam kualitas tinggi," Menperin Saleh Husin.
Pekerja memanen garam, di Desa Badduri, Pademawu, Pamekasan, Jatim. (ANTARA FOTO/Saiful Bahri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian mengatakan akan mempercepat proses pembebasan lahan bagi pembangunan ladang garam berkualitas tinggi di provinsi Nusa Tenggara Timur. Jika hal tersebut selesai, maka diharapkan Indonesia bisa mengurangi impor garam dengan kandungan NaCl 97, yang biasa digunakan sebagai bahan baku industri.

"Kami harapkan pembebasan lahan bagi industri garam di NTT bisa segera tuntas, karena permasalahan yang ada saat ini sudah lintas sektoral. Jika kita bisa membangun ladang garam di daerah itu, maka kita sudah bisa memroduksi garam dengan kualitas tinggi," ujar Menteri Perindustrian Saleh Husin  di Gedung Kementerian Perindustrian, Selasa (3/3).

Dia menambahkan, lahan yang perlu dibebaskan adalah seluas 13 ribu hektare dengan lokasi yang berada di Kupang (6.000 hektare), Nagekeo (1.050 hektare), serta dua ladang garam lainnya yang terdapat di Pulau Rote dan Ende.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika pembangunan ini berhasil, maka produksi garam dari ladang-ladang ini diharapkan bisa menekan angka impor garam, dimana impor garam biasanya dilakukan bagi impor garam industri.

"Selama ini nilai impor garam kita sebesar 2,16 juta ton per tahun, dimana garam-garam tersebut digunakan sebagai bahan baku industri sepenuhnya. Kita selalu impor garam bagi bahan baku industri karena yang dibutuhkan adalah garam dengan kadar NaCl 97. Namun sejauh ini kita baru bisa produksi garam dengan kadar NaCl 94," ujar Sekretaris Umum Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia Cucu Sutara ketika ditemui di tempat yang sama.

Lebih lanjut, Cucu mengatakan bahwa NTT merupakan lokasi yang tempat untuk dikembangkan sebagai pusat produksi garam dengan kadar NaCl 97 karena memiliki musim kemarau selama delapan bulan. Ia menganggap faktor ini sangat penting mengingat produksi garam ditentukan oleh cuaca serta luas lahan.

"Keadaan NTT itu berbeda dengan ladang garam lain seperti di Jawa Barat, karena kan musim kemarau di NTT delapan bulan sedangkan di provinsi lain musim kemarau hanya mencapai empat bulan saja," tambahnya.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan sendiri menargetkan produksi garam nasional sebesar 4 juta ton pada tahun 2015, atau naik sebesar 56,8 persen dibanding produksi garam nasional sebesar 2,55 juta ton pada tahun 2014.

Dengan ekspektasi produksi garam sebesar 120 ton per tahun per hektar, maka produksi dari ladang garam di NTT diharapkan bisa mencapai 1,56 juta ton per tahun atau 39 persen dari total produksi garam secara nasional. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER