Pertamina dan Kemenhub Beda Pendapat Soal Pelabuhan Cilamaya

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Kamis, 05 Mar 2015 19:57 WIB
Aktivitas ekonomi dan ekplorasi migas di sekitar pelabuhan Cilamaya sekitar Rp 21 triliun per tahun dan diperkirakan akan berlangsung hingga 25 tahun ke depan.
PT Pertamina (Persero) dan Kementerian Perhubungan berbeda pendapat mengenai rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya di Karawang, Jawa Barat.(CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) dan Kementerian Perhubungan berbeda pendapat mengenai rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya di Karawang, Jawa Barat. Pertamina menilai proyek tersebut dapat menganggu produksi dan pasokan minyak dan gas, sedangkan Kemenhub memastikan keberadaan pelabuhan itu tak akan terlalu mengganggu karena sudah dipertimbangkan dampaknya sejak awal.

Ali Mundakir, Vice President Corporate Communication Pertamina, menilai pembangunan pelabuhan senilai Rp 34,5 triliun itu akan menggangu kegiatan produksi blok minyak dan gas Offshore North West Java (ONWJ), yang berada tak jauh dari lokasi proyek.

"Kalau pelabuhan tetap dibangun di lokasi tersebut tentunya akan mengancam supply gas ke pembangkit PLN dan Pupuk Kujang. Dampaknya, Jakarta berpotensi gelap gulita dan produksi pupuk berhenti," ujar Ali di Jakarta, Kamis (5/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain listrik dan pupuk, lanjut Ali, pembangunan pelabuhan Cilamaya juga diperkirakan akan mengancam produksi bahan bakar minyak (BBM) di kilang Balongan, Jawa Barat. Sebagai efek domino, keberadaan pelabuhan Cilamaya pun akan menggangu pasokan BBM ke Jakarta dan kawasan Jawa Barat.

"Ini karena di area pantai yang menjadi alur kapal Pelabuhan Cilamaya terdapat jaringan pipa blok ONWJ. Kalau dibangun pasti terganggu," ujarnya.

Berdasarkan catatan Pertamina, di area pembangunan pelabuhan Cilamaya terdapat jaringan pipa yang menyambungkan sumur gas ke sejumlah pihak pembeli (offtaker). Kabarnya, panjang pipa yang terkoneksi dari sumur hingga ke sejumlah fasilitas offtaker mencapai 1.700 kilometer (KM).

Syamsul Alam, Direktur Hulu Pertamina, mengungkapkan aktivitas ekonomi dan ekplorasi migas di area blok ONWJ selama ini mencapai Rp 21 triliun per tahun dan diperkirakan akan berlangsung hingga 25 tahun ke depan.

"Bukan kami tidak setuju. Cuma saja kebetulan kami bicara negara. Indonesia punya sumber energi ada di daerah itu. Ketahanan energi ingin kita capai. Kita buat infrastruktur, tapi korbankan energi," ujar Syamsul.

Pada kesempatan yang sama, Adolf Richard Tambunan, Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub, mengungkapkan pembangunan pelabuhan tidak akan mengganggu semua pipa migas milik Pertamina.

"Semua resiko sudah dikaji oleh pemerintah agar tidak berbenturan dengan pipa migas bawah laut ONWJ. Jadi sudah bisa dimitigasi resikonya," tuturnya.

Berdasarkan kajian, jelas Adolf, lokasi pembangungan pelabuhan Cilamaya akan bergeser sepanjang 2,9 km untuk mengurangi dampak pada kegiatan produksi blok ONWJ. Keberadaan pelabuhan tersebut diyakini Adolf dapat mengerakan roda transportasi laut dan mengurangi beban bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER