Jakarta, CNN Indonesia -- Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mulai mengkritisi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang sempat menembus level psikologis Rp 13.000. Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan meminta pemerintah dan Bank Indonesia mewaspadai gejolak kurs saat ini agar tidak menjadi pemicu krisis ekonomi baru.
"Kami harapkan pada semua kementerian ekonomi atau keuangan yang ada mewaspadai gejolak fluktuasi rupiah karena sungguhpun ini terkait eksternal, tapi kok yang paling rendah rupiah," ujarnya di jakarta, Jumat (6/3).
Taufik juga menyoroti dampak pelemahan rupiah terhadap risiko pembengkakan utang luar negeri Indonesia. Intinya, dia menekankan agar kejatuhan nilai tukar tidak terulang seperti ketika krisis keuangan melanda Tanah Air pada 1998.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Katakanlah ini kita bisa lihat tren rupiah di 1998 juga Rp 13.000, jangan sampai lebih dari Rp 15.000. Waduh bahaya itu. Nanti kita kadang biasa-biasa, tapi bisa shock jangan sampe terjadi rush," tuturnya.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel justru melihat pelemahan rupiah sebagai peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor. Untuk itu, Mendag akan berdiskusi dengan para eksportir untuk memanfaatkan momentum ini.
"Ekspor akan kita dorong. Manfaatkan pelemahan rupiah untuk meningkatkan ekspor," tuturnya.
Menurutnya, sektor industri yang berpotensi tumbuh di tengah pelemahan rupiah antara lain industri hortikultura, kerajinan tangan dan mebel, serta industri ban.
(ags)