Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai besarnya utang luar swasta yang ditarik tanpa skema lindung nilai (
hedging) turut mempengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Guna meminimalkan risiko, dia meminta pelaku usaha untuk menerapkan hedging pada setiap transaksi bisnis dan pembiayaan yang menggunakan valuta asing.
"Kalau mereka bayar kewajiban, mereka minta dolar dan menciptakan tekanan pada permintaan dolar dan akhirnya tidak stabil," kata Agus saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jumat (5/3).
Mantan Menteri Keuangan itu mengingatkan kepada pelaku usaha yang mengandalkan impor dalam operasional bisnisnya tidak melakukan spekulasi di tengah gejolak kurs. Karenanya, hedging menjadi penting guna memitigasi risiko yang sewaktu-waktu dapat muncul akibat fluktuasi mata uang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harusnya pengusaha mencari manfaat dari usahanya, jangan mencari manfaat dari risiko," ujar Agus.
Sebagai informasi, BI telah mengeluarkan peraturan terkait kewajiban lindung nilai tehadap utang valas swasta. "Itu harus ditaati karena untuk membuat sehat perusahaan yang melakukan pinjaman," katanya.
Sebagai informasi, jumlah utang luar negeri Indonesia pada 2014 meningkat US$ 26,5 miliar atau 9,9 persen dari posisi akhir 2013 sebesar US$ 266,1 miliar. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan pinjaman luar negeri oleh sektor publik sebesar 5 persen maupun sektor swasta 14,2 persen secara year on year.
BI mencatat, utang luar negeri sektor publik sebesar US$ 129,7 miliar atau 44,3 persen dari total utang tersebut. Sementara utang luar negeri yang diambil sektor swasta US$ 162,8 miliar sekitar 55,7 persen dari total utang.
(ags)