Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan penyedia teknologi, General Electric (GE) Indonesia, ikut terpukul dengan anjloknya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Kendati penjualan berpotensi susut, GE optimistis bisa meraup pendapatan US$ 1 miliar pada tahun ini.
"(Dampak pelemahan kurs) Tidak secara langsung karena yang sangat terdampak itu customer kami. Tapi kalau customer terdampak (otomatis) kami juga," ujar Handry Satriago, Chief Executive Officer GE Indonesia di Jakarta, Selasa (7/3).
GE Indonesia saat ini memiliki delapan bisnis inti yang mencakup penyediaan teknologi untuk industri kesehatan, penerbangan, transportasi, minyak dan gas hingga pembangkit listrik.
Dari delapan lini bisnis tersebut, Handry menilai konsumen industri penerbangan dan transportasi diperkirakan yang paling terdampak pelemahan kurs. Sebab, banyak komponen yang dibeli perusahaan, seperti PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT Garuda Indonesia Tbk, yang masih menggunakan dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk dampak (ke penjualan) masih kami hitung dan akan disiasati," tutur Handry.
Meski pelemahan rupiah berdampak pada neraca perseroan, Handry optimistis kinerja GE Indonesia masih akan tumbuh pada tahun ini. Untuk meningkatkan kinerja, perusahaan teknologi asal Amerika Serikat tersebut akan mengggenjot bisnis inti di sektor penyediaan teknologi pembangkit listrik.
"Tahun ini kami menargetkan pendapatan kami meningkat US$ 1 miliar ketimbang tahun lalu. Kami ingin meningkatkan core business di health care dan power. Ini seiring program pemerintah soal listrik 35.000 megawatt (MW) dan kami sangat tertarik khususnya untuk energi terbarukan," tuturnya.
(ags/gen)