Pelemahan Rupiah Pukul Pengusaha Ritel

Elisa Valenta Sari & Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 10 Mar 2015 07:39 WIB
Pemerintah menegaskan pelemahan rupiah terhadap dolar AS bukan faktor kesengajaan otoritas, melainkan murni karena sentimen global.
Pembeli berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan Jakarta, Kamis (18/12). (Antara Foto/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali terjerembab ke level Rp 13.407 (kurs tengah Bank Indonesia) pada perdagangan Senin (9/3), setelah sempat menguat tipis pada hari sebelumnya. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengeluhkan biaya kurs dan impor yang membengkak akibat depresiasi kurs tersebut.

Tutum Rahanta, Wakil Ketua Umum Aprindo mengamini pelemahan rupiah kali ini disebabkan oleh menguatnya ekonomi Amerika Serikat (AS). Masalahnya, kata Tutum, depresiasi terjadi di tengah daya beli masyarakat yang tengah menurun.

“Intinya kita lihat seakan-akan memang faktor global atau eksternal. Tapi masalahnya bagi kami adalah, saat ini daya beli masyarakat juga sedang lemah,” ujarnya kepada CNN Indonesia, Senin (9/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, masyarakat Indonesia tak bisa lepas dari produk impor. Terutama untuk beberapa jenis produk, seperti elektronik, barang  konsumsi, dan bahan baku.

“Pengaruhnya ke biaya impor dan peralatan yang tidak ada di Indonesia. Kalau fully imported penaikan biaya impor bisa mencapai 5 persen sejak awal tahun ini,” jelas Tutum.  

Terkait langkah pemerintah terhadap pelemahan rupiah saat ini, Tutum menilai Bank Indonesia belum menunjukkan kekuatannya. Dia mengaku pihaknya sedang menunggu penjelasan bank sentral terkait hal itu.

“Apakah memang sengaja dibiarkan karena alasan tertentu, atau ada sebab lain? Karena beberapa kali kami lihat jawaban yang ada melulu tentang kondisi global dan dolar AS yang sedang perkasa,” katanya.

Tidak Sengaja

Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menampik tudingan adanya faktor kesengajaan dari otoritas terkait untuk memperlemah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Menurutnya, penguatan dolar terjadi secara global terhadap mayoritas mata uang di dunia.

"Supaya tidak timbul kesan pelemahan rupiah ini 'by design', saya tegaskan tidak, pelemahan sekarang tidak 'by design', Pelemahan sekarang kalau saya generalisasi karena penguatan mata uang dollar terhadap semua mata uang," kata Bambang, belum lama ini.

Bambang mengakui beberapa negara memang sengaja melemahkan nilai mata uangnya, antara lain Yen Jepang, Dolar Australia, dan Euro. Langkah itu diambil pemerintah sejumlah negara guna mendorong ekspor.

“Beberapa mata uang dengan sukarela melemahkan dirinya, karena dia butuh untuk kepentingan ekonominya, untuk daya saingnya. Sehingga dia memang sengaja melemahkan posisi mata uangnya,” kata Bambang.

Berbeda dengan Indonesia, kata Bambang, pemerintah dan Bank Indonesia tidak akan lepas tangan terhadap kondisi pelemahan kurs ini. Namun, dia menilai saat ini merupakan momentum terbaik bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor manufaktur andalan, seperti produk berbasis sumber daya alam dan otomotif.

“Sekarang saya berharap industri mobil makin gencar ekspor mobil sama motor. Daripada jual mobil-motornya bikin macet Jakarta, mendingan itu diekspor,” ucap Bambang.

(ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER