Jakarta, CNN Indonesia -- Bisnis information, media, dan hiburan yang dijalankan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) melalui dua anak usahanya yaitu PT Melon Indonesia (Melon) dan PT Integrasi Logistic Cipta Solusi (ILCS) berhasil menorehkan keuntungan sepanjang 2014. Meskipun jenis bisnis itu belum lama digeluti oleh perusahaan telekomunikasi pelat merah tersebut.
Dikutip dari laporan keuangan 2014 Telkom, Melon yang memiliki aset Rp 137 miliar dengan liabilitas Rp 53 miliar, sepanjang 2014 berhasil mencatat pendapatan sebesar Rp 134 miliar dengan keuntungan Rp 8 miliar. Melon sendiri merupakan perusahaan patungan antara TelkomMetra dengan SK Telecom Korea yang berdiri sejak 2011 lalu.
Realisasi tersebut naik signifikan dibandingkan pendapatan perusahaan yang bergerak di bisnis
database musik dan aplikasi
online digital music content pada tahun sebelumnya sebesar Rp 73 miliar untuk pendapatan dengan masih mencatat kerugian sebesar Rp 6 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan ILCS merupakan perusahaan patungan antara TelkomMetra dengan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) yang didirikan September 2012 berhasil membukukan pendapatan Rp 99 miliar dengan laba Rp 2 miliar sepanjang 2014. Setahun sebelumnya, perusahaan yang melayani e-
trade logistics itu diketahui masih mengalami kerugian Rp 22 miliar.
Meskipun masih memberikan kontribusi kecil terhadap total pendapatan sebesar Rp 89,69 triliun dengan laba Rp 14,63 triliun sepanjang 2014, Telkom justru rajin membentuk perusahaan patungan melalui anak usahanya di bidang investasi yaitu TelkomMetra. Kebijakan tersebut sejalan dengan transformasi bisnis yang dilakukan Telkom yang tidak ingin hanya menjadi penguasa pasar di bisnis telekomunikasi dan data.
Pada 2014 lalu, TelkomMetra menandatangani perjanjian kerjasama dengan Telstra Holding Singapore Pte Ltd untuk mendirikan perusahaan patungan PT TeltraNet Aplikasi Solusi (Teltranet) yang bergerak di bidang aplikasi solusi berbasis
cloud computing.
Jangka PanjangAnalis PT Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan memperkirakan untuk jangka panjang, kebijakan Telkom untuk memulai ekstensifikasi bisnis di luar telekomunikasi dan data bisa memperbaiki kinerja keuangan yang pada kuartal IV 2014 lalu mengalami penurunan 21 persen menjadi hanya Rp 3,2 triliun.
Salah satu pemicu tertekannya kinerja Telkom akibat naiknya beban depresiasi menjadi Rp 5,1 triliun atau naik 32 persen per kuartal dan kenaikan beban umum dan administrasi sebesar Rp 1,6 triliun naik 189 persen per kuartal.
Ariyanto menilai konsistensi Telkom berinvestasi ini juga menjadikan banyak analis masih mempertahankan saham dengan kode TLKM ini menjadi salah satu menu pilihan bagi investor untuk mengkoleksi sahamnya.
“Telkom memiliki posisi yang kuat di sektornya, neraca keuangan yang sehat, dan yield dividen 4 persen atraktif bagi investor. Rekomendasi netral disebabkan adanya risiko penurunan sebesar 3 persen terhadap TP Rp 2.900. Saat ini saham Telkom ditransaksikan pada valuasi rasio harga saham terhadap laba (PE ratio) FY2015F sebesar 17,7x,” kata Ariyanto melalui risetnya dikutip Rabu (11/3).
(gen)