Marak Aksi Jual, IHSG Diprediksi Melemah

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Kamis, 12 Mar 2015 06:05 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berada pada rentang support 5.385-5.400 dan resisten 5,425-5.445 pada perdagangan Kamis (12/3).
Seorang karyawan menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat penutupan perdagangan sesi I di Jakarta, Senin (9/3). IHSG pada perdagangan sesi I ditutup anjlok 1,25 persen ke level 5.445,84. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berada pada rentang support 5.385-5.400 dan resisten 5.425-5.445 pada perdagangan Kamis (12/3), dengan kecenderungan melemah karena potensi maraknya aksi jual.

Head of Research PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan laju IHSG gagal bergerak menuju area target resisten (5.468-5.478), namun mampu bertahan di atas area target support (5.395-5.400).

“Sinyal teknikal yang mengindikasikan penguatan tampaknya gagal direalisasi seiring kuatnya aura negatif yang diiringi maraknya aksi jual sehingga membuat IHSG jauh dari peluang pembalikan arah naik,” ujarnya seperti dikutip dari riset, Kamis (12/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menilai, dengan masih adanya sentimen pelemahan nilai tukar rupiah, maka laju IHSG pun sulit untuk rebound. Pelaku pasar pun lebih memilih untuk menunggu harga di bawah di tengah mulai masuknya tren penurunan IHSG.

“Kami melihat masih ada potensi pelemahan IHSG namun, kami berharap dapat terbatas,” ungkapnya.

Reza menilai, cenderung melemahnya laju bursa saham Tiongkok setelah merespon pelemahan rilis data-data makroekonominya memberikan sentimen negatif bagi pergerakan bursa saham regional, tak terkecuali IHSG.

“Kondisi ini pun seperti yang kami sampaikan sebelumnya, Dengan akhir yang positif tentunya berharap dapat berlanjut pergerakan positif tersebut. Akan tetapi, perlu dicermati rilis data-data makro dari Tiongkok yang dapat mempengaruhi laju IHSG,” jelasnya.

Apalagi, lanjut Reza, juga diiringi dengan masih berlanjutnya pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS meskipun menunjukkan penguatan terhadap yen, euro, dan poundsterling.

“Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dianggap telah mengkhawatirkan karena hampir sebagian besar transaksi di internal Indonesia masih menggunakan dolar AS. Sehingga ketika laju dolar AS mengalami kenaikan, maka dapat mengganggu kinerja, terutama kinerja pada perusahaan yang banyak mengandalkan bahan baku impor,” katanya.

Menurut Reza, pelemahan IHSG kali ini banyak ditopang oleh turunnya saham-saham di sektor properti (termasuk sub sektor konstruksi), industri dasar, aneka industri dan lainnya. Bahkan sektor komoditas yang dianggap menikmati keuntungan dengan pelemahan nilai tukar rupiah pun tidak luput dari sasaran aksi jual.

“Penguatan mayoritas saham sehari sebelumnya dimanfaatkan pelaku pasar untuk profit taking,” jelasnya. (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER