OJK Minta Lembaga Keuangan dan Bank Waspadai Pelemahan Rupiah

Resty Armenia | CNN Indonesia
Kamis, 12 Mar 2015 08:30 WIB
OJK menilai pembelian kembali (buyback) surat utang belum perlu dilakukan karena kondisi keuangan saat ini dianggap masih normal.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad saat memberikan keterangan usai memimpin rapat koordinasi (Rakor) terkait revisi APBN 2015 akibat pergerakan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah di Kantor Kemenko Perekonomian Jakarta, Selasa, 16 Desember 2014. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta perbankan dan lembaga keuangan non bank mewaspadai dan mencermati pergerakan rupiah. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Darmansyah Hadad  menilai lembaga keuangan perlu berbenah diri guna memitigasi risiko kurs, dengan menjaga kesehatan neraca masing-masing.

"Indikator-indikator manajemen (lembaga keuangan) semua masih hijau, tetapi bukan kita harus lengah. Intinya saya menekankan pada bank tetap harus waspada," ujarnya di kantor Kepresidenan, Rabu (11/3) malam.

Salah satu indikator keuangan yang dimaksud Muliaman antara lain rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) perbankan yang tergolong tinggi, rata-rata 21 persen. Dengan likuiditas yang mencukupi, Muliaman menilai perbankan nasional pada tahun ini akan punya kemampuan yang lebih untuk membiayai pembangunan ekonomi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Target kami kredit (perbankan) tumbuh lebih dari 16 persen pada tahun ini," tuturnya.

Muliaman meyakini pelaku industri keuangan di Tanah Air punya pengalaman yang cukup baik dalam memitigasi risiko krisis finansial. Namun, dia menekankan pentingnya sinergi kebijakan antar-lembaga keuangan dan dengan regulator guna menutup celah berulangnya krisis keuangan.

"Kami melihat ini supaya terintegrasi, terutama lembaga keuangan dan sebagainya agar tidak ada kerawanan-kerawanan dan (sistem keuangan) tetap terjaga," tuturnya.

Belum Perlu Buyback

Berdasarkan kurs tengah BI, rupiah ditransaksikan melemah 0,80 persen terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (11/3). Rupiah ditutup pada level Rp 13.164 per dolar AS, turun 105 poin dari posisi hari sebelumnya Rp 13.059 per dolar AS.

Sebelumnya, Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mendorong bank sentral melakukan pembelian surat utang negara (SUN) guna menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Cara itu dinilai Darmin sebagai alternatif jitu menstabilkan rupiah, selain hanya ‘membakar’ cadangan devisa. Baca juga: Rupiah Melemah, Darmin Nasution Dorong BI Borong Obligasi.

Sebaliknya, Muliaman Hadad justru menilai pembelian kembali (buyback) surat utang belum perlu dilakukan pada saat ini. Sebab, sistem keuangan nasional dinilai masih sehat dan terkendali dengan baik.  

"Terkait kegiatan buyback dan segala macam itu belum waktunya karena (kondisi keuangan Indonesia) dalam posisi normal sekarang," ujar Muliaman.

OJK, lanjut Muliaman, akan terus memantau pergerakan rupiah dan memonitor berbagai kegiatan di pasar valuta asing. hal ini untuk memastikan sistem keuangan berjalan dengan normal. (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER