Jakarta, CNN Indonesia -- Kontribusi sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terhadap kegiatan ekspor Indonesia terbilang rendah. Dari sekitar 670 ribu unit UKM yang tersebar di tanah air, hanya 5 ribu unit UKM yang mengekspor produknya ke luar negeri.
“Jadi kalau kita lihat kontribusi dari UKM seluruh Indonesia itu hanya sekitar 0,75 persen dari total UKM,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJPEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Nus Nuzulia Ishak ketika ditemui kantornya, Jakarta, Jumat (13/3).
Berdasarkan data DJPEN, nilai ekspor tanah air selama tahun 2014 mencapai US$ 179 miliar, US$ 145,9 miliar diantaranya berasal dari sektor non-migas. Sementara itu, pelaku UKM hanya berkontribusi sekitar 16 persen dari nilai ekspor non-migas, atau sekitar US$ 23 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nus mengidentifikasi hambatan UKM dalam menembus pasar dunia. Hambatan tersebut diantaranya masih rendahnya pemahaman terhadap komunikasi bisnis dan kontrak dagang; keterbatasan kemampuan produksi; serta keterbatasan modal.
Selain itu, kemampuan bahasa Inggris pengusaha UKM juga dinilai masih rendah. Hal itu terlihat dari rendahnya respon pelaku UKM terhadap pemberitahuan dagang yang ditulis dalam bahasa Inggris.
“Kemudian juga kami melihat bahwa UKM itu tidak memanfaatkan keberadaan lembaga promosi kita yang ada di luar negeri. Kita kan ada Indonesia Trade Promotion Office di 19 negara kemudian ada atase perdagangan kita yang lain,” ujar Nus.
Kendati demikian, DJPEN terus berkomitmen untuk terus membina UKM agar dapat memasarkan produknya ke luar negeri. Salah satunya dilakukan dengan memfasilitasi UKM ekspor yang produknya memenuhi syarat untuk pameran produk berskala internasional. Baik pemeran di dalam maupun di luar negeri seperti di Hongkong, Amerika Serikat, dan Saudi Arabia.
Di samping itu, Kemendag juga telah memiliki lima kantor promosi perdagangan regional (Regional Trade Promotional Office) di Surabaya, Medan, Banjarmasin, Makassar, dan Nusa Tenggara Barat, yang dapat membantu pelaku UKM ekspor mempromosikan produknya.
Ke depannya, DPEN akan memperbanyak kegiatan peningkatan kompetensi pelaku UKM serta mendorong kegiatan diversifikasi produk. Selain itu, DJPEN bekerja sama dengan kedutaan besar Indonesia di luar negeri akan terus gencar melakukan penyebaran informasi yang dibutuhkan, baik untuk pemasaran produk maupun permintaan hubungan dagang.
Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor IndonesiaKemendag mengadakan pelatihan dan pembinaan UKM di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI). Melalui lembaga pelatihan ini, pelaku UKM dapat meningkatkan kompetensinya agar mampu menembus pasar internasional.
“Di Kementerian Perdagangan ada yang disebut dengan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor di Indonesia yang melakukan kegiatan pelatihan untuk UKM ekspor. Sampai sekarang setiap tahun kita sekitar 200 angkatan dan (peserta) itu sekarang
majority berada di daerah,” ujar Nus.
Memang, untuk mengikuti latihan tersebut peserta harus merogoh kocek sekitar Rp 2 juta untuk 10 hari, namun selama mengikuti pelatihan peserta akan dibekali dengan pengetahuan dasar mengenai prosedur ekspor, komunikasi bisnis, kontrak dagang, dan kompetensi dasar lain yang diperlukan.
Bagi alumni BBPEI yang produknya dinilai siap untuk diekspor, DJPEN akan melakukan pendampingan (
coaching) langsung. Saat ini, DJPEN tengah melakukan pendampingan terhadap 500 UKM alumni BBPEI. “Jadi alumni-alumni dari BBPPEI ini diseleksi mana produk–produknya yang
ready to export, diberikan pendampingan-pendampingan seperti untuk desain produk,” tuturnya.
(gir/gir)