BPS: Thailand Jadi Ancaman Terbesar RI Jelang Berlakunya MEA

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Senin, 16 Mar 2015 16:58 WIB
Ketatnya persaingan industri otomotif antara Indonesia dengan Thailand disebut menjadi pemicu utama ancaman dari negeri gajah putih tersebut.
(REUTERS/Chaiwat Subprasom)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pasar bebas akan segera berlaku di kawasan Asean melalui kesepakatan kerjasama Masyarakat Ekonomi Asean. Indonesia khususnya, perlu mewaspadai sepak terjang negara tetangga lain yang dianggap mampu menjadi saingan terberat dalam berjualan barang dan jasa.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menilai salah satu negara yang akan menjadi saingan terberat Indonesia adalah Thailand. Menurut data BPS, tren perdagangan Indonesia dengan Thailand terus mengalami defisit. Pada Februari 2015 perdagangan Indonesia masih defisit sebesar US$ 337,8 juta dari Thailand.

"Ini yang menjadi catatan, ancaman Indonesia di Asean itu adalah Thailand," ujar Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (16/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal menurut Suryamin di negara-negara Asean lainnya selain Thailand, Indonesia berhasil mencatatkan surplus perdagangan. Secara total di negara Asean, Indonesia mencatatkan surplus US$ 4,4 juta. Indonesia berhasil mencatatkan surplus perdagangan dengan Singapura sebesar US$ 120,2 juta, sedangkan dengan Malaysia sebesar US$ 63,7 juta.

Persaingan Otomotif

Suryamin menilai, kompetitifnya persaingan industri otomotif antara Thailand dengan Indonesia menjadi pemicu potensi ancaman tersebut. Sebab, Thailand masih menjadi pemasok utama komponen pendukung kendaraan bermotor ke Indonesia. Terbukti dari data BPS yang mencatat total impor Indonesia untuk golongan kendaraan dan bagiannya dari Thailand pada Januari-Februari lalu menembus US$ 312,0 juta, turun 15,05 persen dari periode yang sama tahun lalu.

"Penurunan itu terjadi karena memang ada beberapa penutupan pabrik otomotif di Thailand, sehingga mempengaruhi nilai ekspor secara keseluruhan," ujar Suryamin.

Namun, dia melanjutkan, neraca perdagangan Indonesia tertolong karena perdagangan ke negara-negara Uni Eropa surplus. Pada Februari 2015 neraca perdagangan Indonesia ke Uni Eropa surplus sebanyak US$ 481,8 juta. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER