Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan konstruksi pelat merah, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. mencatatkan kenaikan laba bersih pada tahun 2014 sebesar 8 persen menjadi Rp 615,18 miliar. Capaian itu diketahui melambat dari raupan 2013 yang tumbuh 18,9 persen.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dikutip pada Selasa (17/3), perlambatan terjadi akibat peningkatan pendapatan dibarengi lonjakan beban pokok. Pendapatan usaha Wijaya Karya pada 2014 naik 5 persen menjadi Rp 12,46 triliun.
Namun, beban pokok penjualan Wijaya Karya pada tahun lalu mencapai Rp 11,03 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan periode 2013 yang mencapai Rp 10,56 triliun. Di sisi lain, laba pada ventura bersama hingga 41 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Capaian tersebut terbukti mendorong laba kotor setelah ventura bersama naik 13 persen menjadi Rp 1,79 triliun. Sementara margin laba kotor Wijaya Karya meningkat tipis menjadi 11,4 persen dari 11 persen.
Sementara pendapatan bunga kontraktor BUMN ini melompat hingga 204 persen menjadi Rp 73,5 miliar dari Rp 24,1 miliar. Hal itu didongkrak oleh turunnya kerugian selisih kurs menjadi Rp 2 miliar dari Rp 31,25 miliar sepanjang 2014.
Meski begitu, nilai kontrak yang digarap Wijaya Karya sepanjang tahun 2014 mengalami penurunan. Pasalnya, uang muka pelanggan terpantau turun 16 persen menjadi Rp 316 miliar dari sebelumnya Rp 376 miliar.
Lebih lanjut, jumlah aset yang dimiliki Wijaya Karya per akhir Desember 2014 mengalami kenaikan 26,4 persen menjadi Rp 15,9 triliun karena adanya peningkatan pada aset tetap hingga 63 persen.
Adapun liabilitas Wijaya Karya juga meningkat 16,7 persen menjadi Rp 10,94 triliun. Namun rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) Wijaya Karya turun menjadi 2,74 kali dari 3,18 kali karena adanya pertumbuhan ekuitas sebesar 35,3 persen.
Sebelumnya, perseroan diketahui gagal mencapai target kontrak 2014 sebesar Rp 25,83 triliun. Hingga Desember 2014, perseroan baru meraih Rp 17,63 triliun atau hanya 68,25 persen. Perseroan menyatakan adanya pemilu dan proyek yang batal menjadi penyebab kegagalan.
“Faktor yang mempengaruhi adalah terkait gelaran pemilihan umum yang membuat agak terganggu,” kata Corporate Secretary Wijaya Karya, Suradi, di Jakarta, Kamis (29/1).
(gir/gir)