Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meminta Perum Perumnas untuk mencari alternatif lahan pengembangan rumah susun sederhana milik (Rusunami) yang sesuai rencana awal akan dibangun di areal Stasiun KRL Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
Pernyataan Rini ini menyikapi rencana Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menggunakan lahan yang sama untuk gedung operasional Balai Teknik Perkeretaapian wilayah Jakarta dan Banten.
“Ya udah kalau gitu terpaksa kita harus cari tempat lain. Kita tidak bisa memaksakan kalau memang dari Kementerian Perhubungan sudah memutuskan demikian,” tutur Rini Soemarno usai menghadiri acara penandatanganan Piagam Pencanangan Pembangunan Zona Integritas Kementerian BUMN, di Kantor Kementerian BUMN, Jumat (6/3).
Menurut Rini, pembangunan proyek rusunami oleh Perumnas merupakan bentuk dukungan terhadap program pemerintah yang ingin menyediakan perumahan murah bagi masyarakat menengah ke bawah. Kalaupun lahan yang di dekat stasiun Tanjung Barat tidak dapat digunakan, maka harus mencari lahan lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“ Tentunya kita inginnya mencari lahan-lahan yang dekat dengan transportasi masyarakat jadi kan dekat dengan halte atau stasiun kereta api. Jadi (lahan dekat stasiun) itu hanya salah satu,” kata Rini.
Seperti diketahui, sejak 2012 lalu, Perumnas dan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) terkait kerjasama pembangunan rusunami di sejumlah titik dekat stasiun KRL. Namun, Perumnas sampai saat ini masih menunggu kepastian dari Kemenhub terkait pengalihan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) dekat Stasiun KRL Tanjung Barat ke PT KAI, yang akan digunakan untuk mengawali proyek pembangunan rusunami.
“Belum (ada kepastian) masih menunggu pertemuan dengan (PT) KAI dulu minggu depan,” kata Direktur Utama Perumnas Himawan Arief Sugoto melalui pesan singkatnya kepada CNN Indonesia, Rabu (4/3).
Sebagai informasi, Perumnas berniat membangun dua menara (tower) rusunami berkapasitas sekitar 500 unit di atas lahan seluas 1,1 hektare dekat Stasiun KRL Tanjung Barat, Jakarta. Investasi yang diperlukan sekitar Rp 60 miliar-Rp 70 miliar per tower sedangkan harga jual per unitnya dimulai di kisaran Rp 200 juta-an.
(ags)