Menteri Keuangan Pesimistis Target Lifting Minyak Tercapai

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Rabu, 18 Mar 2015 10:30 WIB
Minimnya investasi yang dilakukan kontraktor kontrak kerjasama di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) menjadi penyebab tidak tercapainya target tersebut.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, seusai rapat kordinasi terkait perkembangan nilai tukar dan defisit transaksi berjalan, di kantor Kementrian Perekonomian, Jakarta, Jumat, 13 Maret 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro meyakini target lifting minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 sebesar 825 ribu barel per hari (BPH) tidak akan tercapai. Minimnya investasi yang dilakukan kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) menjadi penyebab tidak tercapainya target tersebut.

“Saya perkirakan paling tinggi liftingnya itu 800 ribu BPH, dari target 825 ribu BPH,” ujar Bambang di kediamannya, Selasa malam (17/3).

Dia menjelaskan, sumur-sumur minyak yang masih berproduksi di Indonesia umumnya sudah berusia tua dan tinggal memiliki cadangan sedikit. Sehingga untuk bisa menguras sisa produksi tersebut dibutuhkan teknologi enhanced oil recovery (EOR) yang biayanya tidak sedikit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara untuk sumur-sumur yang relatif baru usianya, sebagian besar merupakan sumur hasil pengeboran lepas pantai.

“EOR dan pengeboran lepas pantai itu biayanya sudah pasti mahal. Kalau minyak anteng di US$ 90 per barel masih oke bagi perusahaan minyak karena masih ada margin. Tetapi kalau di bawah US$ 60, tentu perusahaan akan berpikir perlu tambah produksi atau tidak nih? Perlu melanjutkan pengeboran lagi tidak nih?” kata Bambang.

Kondisi harga minyak yang rendah itu menurut Bambang merupakan inti permasalahan dari upaya Indonesia mencapai target lifting tahun ini.

“Saya menduga pada akhirnya perusahaan minyak banyak yang pasrah dengan produksinya dan tidak berniat meningkatkan volume,” jelasnya.

Bakal Berlangsung Lama

Rendahnya harga minyak dunia menurut Bambang akan berlangsung lama. Sempat naiknya harga minyak dunia pada Februari 2015 disebutnya akibat musim dingin yang lebih panjang di Amerika Serikat sehingga sempat meningkatkan harga karena naiknya permintaan sementara.

“Masalah lainnya adalah sekarang ini ada pertarungan antara minyak konvensional dengan shale gas dan shale oil yang sudah mulai diproduksi Amerika Serikat. Perang harga terjadi disitu,” ujarnya.

Melesetnya target lifting migas jelas akan berpengaruh pada total penerimaan negara dalam APBNP 2015 yang ditargetkan sebesar Rp 1.761,6 triliun.

Sebagai gambaran dalam APBNP 2014 sebelumnya, realisasi penerimaan negara dari sektor hulu migas mencapai US$ 28,33 miliar atau setara Rp 361,48 triliun. Ketika itu realisasi lifting minyak mencapai 794,25 ribu BPH dengan rata-rata harga minyak US$ 100,48 per barel dan gas 1,21 juta barel setara minyak per hari dengan harga US$ 9,91 per MMBTU sesuai data dari SKK Migas. (gir/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER