Pengusaha Gas Minta Kenaikan Harga CNG 45 Persen

CNN Indonesia
Kamis, 19 Mar 2015 14:45 WIB
Asosiasi Pengusaha CNG Indonesia (APCNGI) mendesak pemerintah menaikkan harga CNG menjadi Rp 4.500 per liter setara premium dari harga saat ini Rp 3.100.
Petugas melakukan uji coba pengisian Bahan Bakar Gas ke sebuah mobil dari Mobile Refueling Unit (MRU) di Workshop Auto Gas Serpong, Tangerang Selatan, Banten. (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan bahan bakar gas (BBG) menilai penetapan harga jual compressed natural gas (CNG) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 3.100 per liter setara premium (LSP) terlalu rendah karena tidak sesuai dengan harga keekonomian. Asosiasi Pengusaha CNG Indonesia (APCNGI) mendesak pemerintah menaikkan harga CNG menjadi Rp 4.500 per LSP agar menarik minat investasi swasta di sektor gas.

"Asosiasi CNG (ACNGI) pernah usul Rp 4.500," ujar Danny Praditya, Direktur Utama PT Gagas Energi Indonesia di sela acara Natural Gas Vehicles & Infrastructure Indonesia Forum & Exhibition, Kamis (19/3).

Danny menjelaskan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan peraturan menteri yang menetapkan harga jual CNG sebesar Rp 3.100 per LSP untuk wilayah Jabodetabek. Harga tersebut dinilai terlalu rendah sehingga tak heran jika swasta enggan membangun infrastruktur BBG di tanah air.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Surabaya sudah berlaku harga Rp 4.500 karena peraturan menteri hanya berlaku di Jabodetabek. Karena tidak mau merusak tatanan pasar, kami (PGN) ikut menjual Rp 4.500 di Surabaya," jelas Danny.

Sejauh ini, lanjut Danny, baru PGN dan PT Pertamina (Persero) yang mendapat alokasi penjualan bahan bakar gas (BBG) di Indonesia. Danny berharap pemerintah juga memberikan jatah distribusi BBG ke swasta agar mempercepat penetrasi pasar.

"Kalau hanya PGN dan Pertamina tak akan sanggup. Swasta juga harus diberi alokasi yang sama," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmadja mengakui ada kendala yang dihadapi oleh swasta untuk investasi di sektor BBG. Harga gas yang terlalu murah serta masih sedikitnya kendaraan yang mengonsumsi BBG membuat margin yang didapat distributor menjadi kurang menguntungkan.

"Jadi memang kurang menarik. Insentif apa yang bisa kami berikan sedang dibahas. Karena Pertamina dan PGN BUMN, mau tidak mau mereka disuruh bangun SPBG," katanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER