Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menambah jumlah utangnya sebesar US$ 100 juta setelah menerima pinjaman dari PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII). Pinjaman tersebut diperoleh maskapai pelat merah tersebut usai meneken perjanjian pemberian pinjaman pada 23 Maret 2015 yang dilaporkan perseroan kepada otoritas Bursa Efek Indonesia melalui keterbukaan informasi kemarin.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra akhir pekan lalu mengungkapkan pinjaman dari BII tersebut akan digunakan untuk
refinancing utang jatuh tempo pada paruh pertama tahun ini. Pinjaman bertenor 1 tahun ini memiliki bunga 7,8 persen.
“Rencananya, bila emisi sukuk global jadi terbit, kami akan melunasi utang dari BII tersebut,” ujar pria yang akrab disapa Ari tersebut, Jumat pekan lalu (20/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan keuangan 2014 Garuda menyebutkan jumlah liabilitas perseroan sampai akhir tahun lalu sebesar US$ 2,18 miliar terdiri dari liabilitas jangka pendek US$ 1,21 miliar dan liabilitas jangka panjang US$ 964,73 juta. Total kewajiban yang harus dibayarkan Garuda tersebut naik 17,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$ 1,86 miliar.
Sepanjang 2014 lalu, tingginya biaya pembelian avtur dan sewa pesawat menjadi penyebab utama Garuda mengalami kerugian sebesar US$ 371,97 juta atau setara Rp 4,83 triliun.
Beban operasional penerbangan Garuda mencapai US$ 2,56 miliar atau naik 14,28 persen dibandingkan beban operasional 2013 sebesar US$ 2,24 miliar.
Porsi terbesar atau 69,93 persen dari beban operasional Garuda dihabiskan untuk membeli avtur sebanyak US$ 1,56 miliar, naik 9,85 persen dibandingkan biaya pembelian avtur 2013 sebesar US$ 1,42 miliar. Biaya sewa dan
charter pesawat menempati urutan kedua atau 29,89 persen sebagai beban terbesar yang harus dibayarkan Garuda yaitu US$ 765,87 juta dibandingkan biaya yang sama periode 2013 sebesar US$ 592,25 juta.
Selain itu Garuda juga mengalami beban usaha lain sebesar US$ 38,24 juta dari sebelumnya memperoleh pendapatan usaha lain sebesar US$ 50,32 juta. Kondisi tersebut menyebabkan naiknya pendapatan usaha perseroan yang tipis sebesar 4,8 persen menjadi tidak berarti. Garuda membukukan pendapatan US$ 3,93 miliar sepanjang 2014 dibandingkan perolehan pendapatan 2013 sebesar US$ 3,75 miliar.