Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia melonjak 5 persen dan pasar saham dunia ditutup merosot pada perdagangan Kamis (26/3) setelah Arab Saudi dan sekutunya melancarkan serangan udara ke Yaman. Serangan ini menimbulkan kekhawatiran risiko terhadap proses pengiriman minyak di Timur Tengah.
Meski ditopang dengan data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan laporan keuangan perusahan, perdagangan Wall Street tetap ditutup merosot 1 persen.
"Serangan ke Yaman telah menimbulkan sejumlah risiko," ujar Philip Marey analis dari Rabobank seperti dilansir Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Reuters, harga Minyak Brent ditutup menguat 5 persen dari US$ 59,19 per barel menjadi US$ 69,78 per barel. Minyak mentah AS ditutup turun 4,5 persen pada US$ 51,43 persen per barel setelah sebelumnya sempat menyentuh level US$ 51,43 per barel. Ekuitas Index MSCI yang mencatat beberapa indeks saham di 45 negara, sempat turun 0,80 persen.
Pada hari penyerangan terjadi yaitu Kamis (26/3), harga minyak mentah sempat naik 6 persen setelah Arab Saudi dan sembilan negara di Timur Tengah membombardir pemberontak Houthi di Yaman. Kekhawatiran terancamnya pasokan minyak mentah menyelimuti negara-negara importir.
Harga minyak Brent untuk kontrak berjangka naik 6 persen menjadi US$ 59,71 per barel. Sementara harga minyak mentah AS naik menjadi US$ 51,99 per barel.
Melonjaknya harga minyak seiring dengan kekhawatiran dari pedagang dan importir yang takut serangan Saudi ke Yaman akan menjadi perang yang meluas dan tidak bisa dikendalikan.
Sebab pemberontak Houthi didukung Iran, rival Saudi di kawasan Timur Tengah. Sementara Iran dan Saudi sama-sama anggota OPEC, organisasi internasional yang memproduksi 40 persen minyak dunia.
(gen)