Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat memprediksi adanya penurunan suku bunga acuan (BI rate) setelah tekanan inflasi yang rendah pada awal tahun 2015. Meski begitu, pemangkasan suku bunga diperkirakan bakal terbatas karena Bank Indonesia bakal menyeimbangkan risiko.
“Kami memprediksi adanya penurunan BI rate 25 bps lagi pada tahun ini karena tekanan inflasi yang rendah,” ujar Aldian Taloputra, ekonom Mandiri Sekuritas dikutip dari riset, Kamis (2/4)
Dia menjelaskan, pemangkasan suku bunga akan terbatas karena bank sentral mencoba menyeimbangkan antara risiko domestik dan eksternal. Meskipun inflasi akan tetap sejalan dengan target Bank Indonesia, risiko luar negeri masih tetap nyata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Setelah 2 bulan mengalami deflasi, indeks harga konsumen (CPI) naik 0,17 persen secara bulanan pada Maret 2015. Angka itu lebih rendah daripada prediksi kami di Mandiri Sekuritas yaitu 0,26 persen secara bulanan, tetapi sejalan dengan prediksi konsensus pelaku pasar,” ungkapnya.
Data itu menunjukkan inflasi didorong oleh kenaikan harga barang/jasa yang diatur pemerintah, serta bahan bakar rumah tangga. Inflasi antar tahunan (year-on-year) naik menjadi 6,38 persen dari sebelumnya 6,29 persen. Sejak awal tahun, deflasi berkurang menjadi -0,44 persen.
Komponen makanan mentah berkontribusi deflasi sebesar -0,16 ppt, terdiri dari harga cabai (-0,10 ppt), daging ayam (-0,08 ppt), telur (-0,07 ppt), dan ikan segar (-0,04 ppt). Harga beras berkontribusi sebaliknya, yaitu inflasi (+0,09 ppt) karena curah hujan tinggi, yang dilaporkan menunda musim panen di beberapa daerah penghasil beras.
“Inflasi inti merangkak naik menjadi 5,04 persen pada Maret dari 4,96 persen secara tahunan pada Februari. Meskipun demikian, kami meyakini inflasi inti yang lebih tinggi itu tidak merefleksikan adanya kenaikan permintaan dari ekonomi,” jelas Aldian.
“Sebaliknya, kenaikan inflasi inti kemungkinan disebabkan oleh pelemahan nilai tukar dan dampak tidak langsung dari harga barang atau jasa yang diatur pemerintah,” imbuhnya.
Dalam jangka pendek, Aldian menilai potensi adanya deflasi pada April cukup kecil. Meskipun tertundanya musim panen Maret diprediksi akan memberi dampak pada angka ekonomi tahun ini, Aldian menilai faktor tersebut akan tertutupi kenaikan BBM sebesar 7,4 persen pada periode yang sama (berkontribusi sekitar 0,3 ppt).
“Dalam periode yang lebih panjang, kami masih menilai inflasi kuartal I/2015 konsisten dengan prediksi 2015 kami yaitu 4,5 persen,” ungkapnya.
Karena itu, tekanan inflasi diprediksi akan memuncak pada kuartal III/2015 sebagai hasil dari periode Puasa dan Lebaran serta pelemahan nilai tukar rupiah terkait dengan musim permintaan dolar AS yang meningkat dan meningkatnya ketakutan terhadap kenaikan Fed Rate pada rapat FOMC pada Juni.
“Meskipun demikian, penurunan kemungkinan dapat terjadi ketika inflasi mulai kembali normal pada akhir 2015. Meskipun jika harga BBM akan naik lagi ke depannya, kami masih memprediksi harga BBM tidak akan setinggi posisi tahun lalu yaitu Rp 8.500 per liter,” ujarnya.
(gir)