Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan proyek pelabuhan Cilamaya dibatalkan sebab berbenturan dengan upaya penyelamatan produksi minyak dan gas.
“Kami terbang untuk melihat rencana Cilamaya dan setelah melihat kondisi di lapangan, Wapres (Jusuf Kalla) memutuskan kita harus membangun pantai utara Jawa kalau Tanjung Priok
over capacity,” tutur Indroyono di Jakarta, Kamis (2/4).
Saat ‘blusukan’ ke Cilamaya hari ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla memutuskan tidak meneruskan pembangunan pelabuhan di Cilamaya, di Tanjung Jaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah memimpin rapat sambil berdiri di Kantor Desa Tanjung Jaya, Wapres mengatakan ada kebutuhan pembangunan pelabuhan di sisi utara Jawa. Sementara Pertamina juga perlu mengamankan asetnya. Alhasil, proyek pelabuhan harus digeser lebih ke timur.
Rapat itu dihadiri Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Indroyono, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Menteri ESDM Sudirman Said, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago.
Menteri Indroyono mengatakan ada aset migas di Cilamaya dapat memproduksi minyak 40 ribu barel per hari dan gas 180 juta cubic feet per tahun. “Nantinya minyak dari sini diharapkan bisa menjadi 50 ribu barel pada 2020,” tutur Indroyono.
Syarat pengganti CilamayaIndroyono mengatakan lokasi persis pelabuhan masih dicari. Syaratnya, memenuhi koridor 5 kilometer ke kiri dan 5 kilometer ke kanan aman. Lebar pelabuhan ini, kata dia harus menjamin bahwa produksi migas tak terganggu.
“Kami Kami tekankan bahwa pemindahan ini bukan masalah pipa gas tapi anjungan. Di Pantura ada 203 anjungan, di mana 168
productive well. Di Cilamaya sendiri ada 80-an anjungan,” katanya.
(ded/ded)