Jakarta, CNN Indonesia -- Kapitalisasi saham PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk meningkat 30 kali lipat dibandingkan dalam 20 tahun atau sejak melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bank pelat merah itu dinilai sebagai contoh sukses badan usaha milik negara (BUMN) yang melepas sebagian sahamnya ke publik.
"Tahun 2003, BRI melakukan IPO (penawaran saham perdana ke publik). Sekarang market capital-nya hampir Rp 318 triliun. Dulu sebelum IPO (hanya) Rp 11 triliun-an. Dan kontribusinya buat negara meningkat," ujar Direktur Utama BEI Ito Warsito dalam sebuah seminar mengenai BUMN di Jakarta, Kamis (23/4).
Ito mengatakan meski sudah menjadi perusahaan milik publik, fungsi dan misi BRI sebagai agen pembangunan tidak hilang di tengah kesibukan perseroan mencari keuntungan. "Mereka tetap berkomitmen melayani nasabah-nasabah kecil di daerah," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2014, lanjut Ito, laba BRI melonjak sebesar 24 persen sejak IPO pada 2003. Dari keuntungan tersebut, pemerintah mendapat jatah 55 persen atau lebih dari Rp 12 triliun.
"Coba bandingkan sebelum IPO, laba masih hitungan miliaran. Meski pemerintah dapat keuntungan dari perusahaan 100 persen, namun nilainya kecil hanya miliar. Kalau IPO triliunan. Bedanya besar sekali," katanya.
Salah Konsep Ito yang sejak 1994 sudah berkecimpung di dunia bursa mengaku banyak mengetahui seluk beluk aksi BUMN di pasar modal. Menurutnya, sampai saat ini baru 20 perusahaan pelat merah dari total 118 BUMN yang telah tercatat di bursa.
"Mereka berpikir harus memperbesar perusahaan terlebih dahulu baru nanti melakukan IPO sehingga hasilnya besar. Namun konsep tersebut menurutnya salah," katanya.
Menurutnya, sampai sekarang perusahaan yang berfikir demikian tidak kunjung mencatatkan sahamnya di bursa karena sibuk dan fokus memperbesar perusahaan tanpa hasil yang jelas. "The game is always the same," katanya.