Kuala Lumpur, CNN Indonesia -- Pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir 2015 tak hanya menciptakan banyak peluang ekonomi, tetapi juga menghadirkan sejumlah tantangan krusial bagi Indonesia agar tak hanya menjadi pasar.
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel melihat sedikitnya ada delapan tantangan yang harus diatasi seluruh pemangku kepentingan di Tanah Air dalam waktu delapan bulan tersisa. Kedelapan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
- Konektifitas antar-wilayah yang masih rendah dalam mendukung lalu lintas barang dan jasa.
- Kompetensi sumber daya manusia terampil yang belum maksimal
- Infrastruktur yang belum memadai
- Konsentrasi industri dan kegiatan ekonomi masih terpusat di Pulau Jawa
- Daya saing suplai domestik relatif rendah
- Akses permodalan yang masih sulit dijangkau
- Regulasi pusat dan daerah yang belum singkron
- Ekonomi nasional masih bergantung pada komoditas primer dan hanya berorientasi pada pasar domestik
(Baca juga:
Mendag: Masyarakat Ekonomi Asean, Peluang Sekaligus Tantangan)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk dapat menangkap keuntungan maksimal dari Masyarakat ekonomi Asean, tantangan terbesar adalah meningkatkan daya saing," ujar Rachmat Gobel di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Aseanke-16 di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (26/4).
Kendati masih bersiap diri, Rachmat Gobel optimistis pembentukan pasar tunggal kawasan akan berdampak positif bagi perekonomian negara-negara Asean, tak terkecuali Indonesia. Dia percaya intregasi ekonomi Asean akan memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperluas cakupan skala ekonomi, serta mengurangi kemiskinan dan kesejangan sosial ekonomi.
"Selain itu, MEA 2015 juga akan meningkatkan daya tarik sebagai tujuan bagi investor dan wisatawan, mengurangi biaya transaksi perdagangan serta meingkatkan fasilitas perdangangan dan bisnis," tuturnya.
(ags)