Jakarta, CNN Indonesia -- PT Astra International Tbk (ASII) menyatakan belanja modal yang ditetapkan sebesar Rp 13 triliun tahun ini baru terserap sekitar 20 persen atau senilai Rp 2,6 triliun akibat kondisi ekonomi yang belum stabil.
“Memang kinerja kuartal I kurang memuaskan karena kondisi ekonomi yang belum stabil. Namun kami masih optimis bakal membaik,” ujar Direktur Utama Astra International Prijono Sugiarto di Jakarta, Selasa (28/4).
Prijono menjelaskan, dari total belanja modal sekitar Rp 13 triliun tersebut secara konsolidasi bakal difokuskan untuk membangun infrastruktur. Sementara sekitar Rp 5 triliun bakal dikucurkan ke PT United Tractors Tbk sebagai salah satu anak usaha.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain untuk United Tractors, belanja modal Astra dialokasikan untuk membangun outlet penjualan Toyota dan Daihatsu sebesar Rp 500 miliar, pengembangan PT Astra Otoparts Tbk sebesar Rp 2 triliun, dan PT Astra Agro Lestari Tbk sebesar Rp 3 triliun.
“Kami masuk ke infrastruktur agar terdapat kesinambungan bisnis. Astra ikut membangun jalan tol juga, sebagai mata rantai bisnis. Properti juga masih akan berlanjut, tapi kami akan melihat landbank,” jelasnya.
Sampai dengan tiga bulan pertama tahun ini, perseroan tidak menarik utang sama sekali. Sedangkan divisi utama perseroan masih mengarah ke sektor keuangan, alat berat dan pertambangan.
"Enam sektor kami memang prioritas, tapi paling dominan United Tractors dan jasa keuangan di tahun ini. Bukan berarti industri otomotif lagi turun, sehingga jasa keuangan tidak tumbuh," kata Prijono.
Dia mengungkapkan, Astra juga masih memiliki investasi senilai hingga Rp 20 triliun yang belum menghasilkan keuntungan maksimal. Salah satunya adalah pembangunan Menara Astra yang menghabiskan dana Rp 8 triliun.
Direktur Astra International Djoko Pranoto menambahkan untuk United Tractors, dari jumlah belanja modal tersebut baru terserap sekitar 10 persen. Pasalnya anak usaha United Tractors di bidang tambang, Pama Persada masih melakukan kajian terkait pelemahan harga batubara.
“Tujuannya kan untuk Pama Persada, tetapi karena kondisi komoditas tambang sedang memburuk maka kami menahan diri dahulu,” jelasnya.