ADB: Kuartal I, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tak Sampai 5%

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Kamis, 30 Apr 2015 15:48 WIB
ADB menyarankan pemerintah mempertahankan postur anggaran belanja meski akan sedikit memberi tekanan terhadap defisit fiskal di tengah risiko shortfall pajak.
Priasto Aji, Senior Economics Officer ADB Indonesia dan Edimon Ginting, Deputy Country Director ADB Indonesia menyampaikan proyeksi ekonomi 2015 di Hotel Intercontinental Mid Plaza, Jakarta, Selasa (24/3). (CNN Indonesia/Agust Supriadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Pembangunan Asia (ADB) menilai penerimaan pajak yang rendah pada kuartal I 2015 menjadi salah satu sinyal perlambatan ekonomi Indonesia. Edimon Ginting, Deputy Country Director ADB Indonesia, meramalkan ekonomi Indonesia kemungkinan besar hanya akan tumbuh di bawah 5 persen.

"Proyeksi kami sedikit di bawah 5 persen, tapi untuk sepanjang tahun masih sama di 5,5 persen," ujarnya kepada CNN Indonesia, Kamis (30/4).
 
Edimon mengatakan ada sejumla indikator ekonomi yang selalu jadi perhatian ADB dalam memproyeksi masa depan ekonomi. Konsumsi yang merosot menjadi faktor utama yang dipertimbangkannya dalam meramalkan pertumbuhan ekonomi kuartal I.

"Konsumsi barang (swasta) tahun ini kontribusinya masih akan sama, tidak akan banyak perubahan," tuturnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun untuk ekspor neto, kata Edimon, trennya menunjukan perbaikan menyusul berkurangnya impor minyak pasca pemotongan subsidi BBM. Sementara untuk impotasi barang, Edimon mengatakan kecenderungannya menurun meski untuk impor barang modal terjadi peningkatan.

"Impor barang modal meningkat karena investasinya sudah mulai jalan. nanti berangsur-angsur impor akan turun," katanya.

Masalahnya di Belanja Pemerintah

Edimon Ginting menilai salah satu rendahnya konsumsi barang saat ini karena peran belanja pemerintah sebagai stimulus belum maksimal. Dia dapat memaklumi karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) baru selesai direvisi pada awal tahun sehingga butuh waktu untuk tender dan eksekusi proyek.

Government spending belum sempat memberi kontribusi besar (pada kuartal I 2015), konsumsi masih akan lemah," tuturnya.

Untuk mengimbangi investasi swasta, lanjut Edimon, investasi pemerintah perlu dipercepat eksekusinya agar memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan.Karenanya, dia menilai lebih baik alokasi anggaran belanja dipertahankan meski ada risiko pelebaran defisit akibat penerimaan yang kemungkinan tidak mencapai target.

"Tidak perlu kurangi belanja modal untuk mendukung pertumbuhan. Tidak apa defisitnya melebar sedikit asal masih di bawah 3 persen PDB," tuturnya.

Menurutnya, pemerintah perlu menyisir ulang proyek-proyek infrastruktur besar dan vital yang penting untuk menggerakan roda ekonomi. Proyek-proyek ini yang harus didahulukan eksekusinya agar memaksimalkan dampaknya terhadap ekonomi sekaligus mengefektifkan penggunaan anggaran negara.  

Apabila ekspansi fiskal dapat mengimbangi geliat investasi swasta, Edimon percaya pertumbuhan ekonomi akan meningkat bertahap hingga akhir tahun. Namun, dia belum punya proyeksi resmi pertumbuhan ekonomi pada kuratal-kuartal berikutnya.

"Kuartal kita belum tahu berapa, kemungkinan di atas 5 persen, dan itu bagus sekali," tuturnya. (ags/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER