Jakarta, CNN Indonesia -- Investor menilai fenomena aksi jual saham pada Mei yang dikenal dengan istilah “Sell in May and Go Away” berpotensi terjadi pada tahun ini. Pasalnya data laporan keuangan perusahaan terbuka (emiten) yang rata-rata buruk membuat investor cenderung menahan diri.
“Sell in May bisa saja terjadi karena kinerja emiten pada kuartal I tahun ini rata-rata di bawah ekspektasi. Apalagi ekonomi Indonesia juga diprediksi tumbuh di bawah target,” ujar Ketua Masyarakat Investor Sekuritas Seluruh Indonesia (MISSI), Sanusi, kepada
CNN Indonesia belum lama ini.
Sanusi menilai, kepanikan investor terkait kinerja emiten sepanjang kuartal I 2015 sudah terlihat pada pekan lalu. Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok sebesar 348,9 poin atau 6,42 persen dan bertengger di level 5.086.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Namun memang sepertinya indeks perlu mengalami koreksi setelah terus menguat sebelumnya. Pasar memang harus koreksi. Turun 2 sampai 3 persen dalam sehari saya kira masih wajar kok,” katanya.
Dia menjelaskan, terkait sektor yang kinerjanya masih buruk seperti pertambangan, hal itu bisa jadi salah satu potensi sektor yang terkena aksi jual. Sanusi juga menilai sektor perbankan berpotensi terkena aksi jual karena dinilai tak sesuai dengan ekspektasi.
“Saya sendiri melihat yang utama adalah saham berkapitalisasi besar (
big caps). Sementara untuk saham lapis dua (
second liner) bisa dijadikan penopang. Semoga saja ada perbaikan data ekonomi nantinya,” jelasnya.
Untuk diketahui, investor asing tercatat melepas 1,28 miliar lembar saham di bursa nasional dalam empat hari menjelang Mei, dengan nilai modal asing yang keluar secara bersih mencapai Rp 7,09 triliun.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat nilai kapitalisasi saham selama periode 27-30 April 2015 sebesar Rp 5.146,75 triliun. Angka tersebut mengalami penurunan drastis dibandingkan kapitalisasi selama periode 20-24 April 2015, yang tercatat sebesar 5.479 triliun. Dengan demikian dalam empat hari terakhir di bulan April, modal yang menguap di bursa saham nasional mencapai Rp 332,25 triliun.
(gir)