Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berada dalam rentang support 5.415-5.426 dan resisten 5.455-5.490 pada perdagangan Selasa (14/4), dengan kecenderungan melemah karena potensi maraknya aksi jual dan pelemahan rupiah.
Head of Research PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan laju IHSG gagal mendekati area target resisten (5.500-5.516) dan berakhir di bawah area target support (5.468-5.482). Jika aksi jual tidak terbendung, maka pelemahan dapat dimungkinkan terjadi.
“Apalagi IHSG juga masih menyisakan utang gap lama di level 5.342-5.372 (17-18 Februari) dan utang gap di level 5.397-5.411 (27-28 Maret 2015). Meski kami berharap pelemahan dapat lebih terbatas, namun tetap cermati dan antisipasi bila terdapat potensi pelemahan lanjutan,” ujarnya dalam riset, Selasa (14/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, seperti yang pihaknya khawatirkan sebelumnya, di mana IHSG mengawali pekan ini dengan pelemahan. Menurut Reza, kembalinya pelaku pasar melanjutkan aksi jualnya membuat IHSG kian terbenam di zona merah.
“Tidak banyak indeks sektoral yang menguat dimana hampir mayoritas mengalami pelemahan. Penguatan yang terjadi lebih banyak dialami saham-saham lapis bawah,” jelas Reza.
Sebelumnya Reza menyampaikan, peluang penguatan tertutupi dengan maraknya aksi jual. Jika aksi ini terus berlanjut bukan tidak mungkin pelemahan lanjutan dapat terjadi. Akan tetapi, dia mengharapkan jikapun terjadi pelemahan, maka tidak terlalu signifikan agar tidak membuka peluang tren pelemahan.
“Pelemahan yang terjadi cukup lumayan besar sehingga dimungkinkan membuka peluang tren pelemahan. Masih berlanjutnya transaksi jual bersih investor asing yang dibarengi tidak banyaknya saham-saham kapitalisasi besar dalam top gainer, dan berbalik melemahnya laju Rupiah jelang RDG BI memberikan sentimen negatif pada IHSG,” jelas Reza.
Dia menambahkan, laju bursa saham Asia terlihat variatif di mana laju bursa saham Jepang cenderung melemah seiring aksi profit taking dan masih lemahnya machinery order bulanan. Sementara, laju bursa saham Tiongkok masih dapat melanjutkan pergerakan positif meski rilis data ekspor, impor, dan neraca perdagangannya mengalami penurunan.
Tampaknya, lanjut Reza, pelaku pasar di bursa saham Tiongkok lebih memperhatikan kesempatan melakukan pembelian melalui sistem koneksi antara bursa saham Hang Seng dan Shanghai dibandingkan rilis data-data makronya.
“Bahkan adanya pemangkasan perkiraan pertumbuhan Tiongkok oleh Bank Dunia juga tidak terlalu dihiraukan bursa saham Negeri Tirai Bambu dan sekitarnya,” ujarnya.
Sementara, pergerakan variatif juga dialami laju pasar saham Eropa di awal pekan ini. Tampaknya rilis melemahnya data neraca pedagangan Tiongkok yang diriingi pemangkasan proyeksi pertumbuhannya turut berpengaruh negatif pada bursa saham Eropa.
“Melemahnya
current account Prancis turut menghambat potensi kenaikan meskipun laju CAC40 masih dapat berada di zona hijau,” katanya.
Adapun laju bursa saham AS diharapkan masih dapat melanjutkan pergerakan positifnya meski tipis yang kemungkinan akan terpengaruh dari rilis kurang baiknya data-data perdagangan di Tiongkok. Di sisi lain, menguatnya kembali laju Dolar AS turut berpotensi menghambat peluang kenaikan.
(gir)