Aksi Beli Mulai Muncul, IHSG Berpotensi Menguat

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Kamis, 16 Apr 2015 07:24 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berada dalam rentang support 5.390-5.408 dan resisten 5.426-5.446 pada perdagangan Kamis (16/4).
Refleksi karyawan melintas di layar elektronik Indeks Harga Saham Gabungan, Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 18 Maret 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berada dalam rentang support 5.390-5.408 dan resisten 5.426-5.446 pada perdagangan Kamis (16/4), dengan kecenderungan berbalik menguat setelah pelemahan karena mulai munculnya aksi beli.

Head of Research PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengatakan laju IHSG gagal mendekati area target resisten (5.440-5.456) dan sempat berada di area target support (5.390-5.400) meski mampu berakhir di atas area tersebut.

Menurutnya, pasca utang gap di level 5.397-5.411 (27-28 Maret 2015) telah terlunasi dengan adanya penurunan IHSG yang cukup signifikan, masih ada utang gap lama di level 5.342-5.372 (17-18 Februari). Namun, sesuai dengan perkiran Reza, di mana IHSG tidak menuju ke utang gap tersebut karena tertahan dengan adanya aksi beli di akhir perdagangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Meski tren pelemahan masih terjadi, namun mulai adanya aksi beli diharapkan dapat berlanjut untuk membuat IHSG dapat bergerak positif meninggalkan keterpurukannya. Meski demikian, tetap harus cermati dan antisipasi bila terdapat potensi pelemahan lanjutan,” ujar Reza dalam riset, Kamis (16/4).

Terkait perdagangan sebelumnya, Reza menilai laju IHSG hingga hari ketiga pekan ini belum juga menunjukkan adanya perbaikan dan masih berada di zona merah. Aksi jual pelaku pasar pun masih terjadi.

“Baik terkait fundamental, teknikal, maupun sentimen-sentimen yang beredar di pasar turut mempengaruhi adanya aksi jual dari para investor. Lagi-lagi saham-saham kapitalisasi besar pun menjadi sasaran jual. Sebut saja, GGRM, UNVR, PGAS, BBCA, dan beberapa lainnya masih mengalami pelemahan yang cukup lumayan signifikan,” ungkap Reza.

Reza menambahkan, selain tekanan jual dan beberapa berita negatif dari emiten, masih cenderung melemahnya nilai Rupiah dan imbas pelemahan laju bursa saham Asia turut menambah derita IHSG untuk tetap di zona merah.

“Terlihat laju IHSG pun hampir mendekati utang gap berikutnya, namun masih tertahan dengan adanya aksi beli tipis,” katanya.

Dari regional, menurutnya laju bursa saham Asia kompak mengalami pelemahan seiring masih maraknya aksi jual. Sementara laju bursa saham Jepang cenderung berbalik melemah setelah pelaku pasar profit taking merespon pelemahan data-data makroekonomi sembari menunggu sentimen positif selanjutnya.

“Di Tiongkok, laju bursa sahamnya mengalami pelemahan seiring respon negatif terhadap rilis pelemahan GDP, retail sales, dan industrial production. Akan tetapi, HSI mampu tetap positif seiring ekspektasi akan adanya stimulus dari pemerintah Tiongkok untuk mengantisipasi pelemahan data-data tersebut,” jelasnya.

Untuk Eropa, Reza menilai pelaku pasar saham sempat merespon negatif pelemahan data-data di Tiongkok. Namun, berekspektasi akan adanya pelonggaran moneter dari ECB, sehingga mampu membuat laju bursa sahamnya berbalik menghijau.

“Di sisi lain, ekspektasi akan masih rendahnya ECB rate turut menambah sentimen positif,” ujarnya.

Sementara, dari Amerika Serikat (AS), laju bursa saham berpeluang masih akan melanjutkan pergerakan variatif cenderung naik tipis seiring respon terhadap rilis data-data makroekonominya antara lain NY empire state manufacturing index, capacity utilization, manufacturing production, dan industrial production. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER