Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom menyatakan investor memang sempat panik dan melakukan aksi jual di pasar saham setelah melihat performa keuangan perusahaan sepanjang kuartal I yang dianggap di bawah ekspektasi. Namun, di sisi lain sebaiknya ekonom menunggu kinerja semester I secara keseluruhan.
“
Basically memang kalau ekonomi akan melambat, maka pasar cenderung over reaktif. Hal itulah yang menyebabkan bursa saham sempat anjlok pada minggu lalu,” ujar Purbaya Yudhi Sadewa, mantan Kepala Ekonom Danareksa Research Institute kepada
CNN Indonesia, Minggu (3/5).
Menurutnya pria yang sekarang menjabat sebagai
Deputi III Kantor Kepresidenan Bidang Pengelolaan Isu Strategis mengungkapkan investor sebaiknya menggunakan angka Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai acuan untuk melihat apakah benar perekonomian akan melambat atau tidak. Di sisi lain, investor juga patut melihat rencana pemerintahan Joko Widodo ke depannya, terutama di bidang infrastruktur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ada banyak lagi proyek infrastruktur yang bakal dilakukan. Hal itu bisa menjadi penggerak ekonomi yang cukup signifikan. Yang perlu dilihat investor adalah kita bisa betul-betul membangun infrastruktur ke depannya,” jelas Purbaya.
Dia menjelaskan, pelemahan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal I terjadi karena belanja masyarakat yang menurun pasca penaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Meski begitu, Purbaya optimistis ekonomi Indonesia bakal mengalami perbaikan.
“Terkait pertumbuhan ekonomi kuartal I, kalau saya lihat, seandainya turun ya enggak apa-apa. Karena nanti pasti akan ada perbaikan. Saya sendiri masih optimistis bakal tumbuh di sekitar 5,8 persen,” ungkapnya.
Purbaya menjelaskan, perekonomian Indonesia masih berpotensi membaik karena kinerja ekspor masih surplus dibandingkan impor. Hal itu menurutnya masih positif meskipun belanja rumah tangga tidak secepat yang sebelumnya.
“Belanja pemerintah juga belum maksimal. Sampai bulan Maret, belanja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk infrastruktur juga masih sangat rendah. Tapi yang saya ketahui akan ada penambahan setelah Mei dan akan ada percepatan penyaluran anggaran,” katanya.
Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok sebesar 348,9 poin atau 6,42 persen dan bertengger di level 5.086. Investor asing tercatat melepas 1,28 miliar lembar saham di bursa nasional dalam empat hari menjelang Mei, dengan nilai modal asing yang keluar secara bersih mencapai Rp 7,09 triliun.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat nilai kapitalisasi saham selama periode 27-30 April 2015 sebesar Rp 5.146,75 triliun. Angka tersebut mengalami penurunan drastis dibandingkan kapitalisasi selama periode 20-24 April 2015, yang tercatat sebesar 5.479 triliun. Dengan demikian dalam empat hari terakhir di bulan April, modal yang menguap di bursa saham nasional mencapai Rp 332,25 triliun.
(gir)