Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat menilai realisasi kinerja perusahaan terbuka (emiten) sektor properti pada kuartal I 2015 sebagian besar lebih rendah dari ekspektasi atau sejalan, dan tidak ada yang mencolok. Meski pra-penjualan (marketing sales) dinilai baik, namun di pasar riil, sektor properti dinilai masih lemah.
“Meskipun ada
backlog marketing sales, beberapa perusahaan membukukan kinerja yang di bawah ekspektasi karena lambatnya kemajuan pembangunan,” ujar Liliana S Bambang, analis PT Mandiri Sekuritas dalam riset yang diterima
CNN Indonesia, dikutip Rabu (6/5).
Meski begitu, lanjutnya, pada koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) baru-baru ini, secara mengejutkan sektor properti bertahan dengan baik. Dia menilai hal tersebut disebabkan oleh
marketing sales yang dinilai baik pada kuartal I 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Namun, pada pasar riil, diskusi kami dengan agen dan bank mengindikasikan pasar properti riil masih lemah,” katanya.
Jika ditilik, kinerja beberapa perusahaan properti yang besar dalam hal kapitalisasi masih positif. Perusahaan properti milik grup Sinarmas, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSD) misalnya, membukukan
marketing sales Rp 2,2 triliun pada tiga bulan pertama 2015, tumbuh 27 persen dibandingkan pencapaian pra-penjualan pada periode yang sama tahun 2014 sebesar Rp 1,8 triliun.
“Penjualan unit properti di BSD City berupa residensial, komersial,
strata title dan kavling tanah berkontribusi sebesar 87 persen atau Rp 1,94 triliun dari total pra-penjualan BSDE,” kata Hermawan Wijaya, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BSD, belum lama ini.
Lebih lanjut, induk usaha perusahaan properti milik taipan Mochtar Riady, PT Lippo Karawaci Tbk mencetak laba bersih Rp 417 miliar sepanjang kuartal I 2015, atau tumbuh 23 persen secara tahunan karena ditopang bisnis properti dan jaringan rumah sakit.
Ketut Budi Wijaya, Presiden Direktur Lippo Karawaci mengatakan meskipun terdapat pelemahan makro ekonomi dan nilai tukar rupiah, perusahaan melaporkan pendapatan kuartal I mencapai Rp 2,44 triliun, naik 22 persen secara tahunan.
"Total
marketing sales kuartal I 2015 mencapai Rp 1,4 triliun, sehingga kami optimistis dapat mencapai target
marketing sales 2015 sebesar Rp 6 triliun atau tumbuh 16 persen secara tahunan. Hasil kuartal I telah memenuhi harapan kami ditengah melemahnya daya beli domestik serta adanya peraturan KPR yang lebih ketat,” ujar Ketut.
Sayangnya, pelemahan dalam kinerja terjadi di beberapa pengembang properti. Salah satunya, PT Agung Podomoro Land Tbk. yang mencatatkan penurunan kinerja selama kuartal I 2015. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, laba bersih perseroan anjlok 65,5 persen menjadi Rp 101,8 miliar karena turunnya penjualan.
Corporate Secretary Agung Podomoro, Justini Omas dalam keterangan resminya mengatakan penjualan dan pendapatan usaha turun menjadi sebesar Rp 995,2 miliar pada kuartal I 2015, dari Rp 1.165,1 miliar pada kuartal I 2014. Dari segi
marketing sales, Agung Podomoro mencetak Rp 939,7 miliar hingga akhir Maret 2015, atau turun 48,61 persen dari periode yang sama di 2014 sebesar Rp1,82 triliun.
Sementara itu, PT Pakuwon Jati Tbk juga mengalami pelemahan kendati
marketing sales melonjak tajam. Perseroan berhasil mencetak marketing sales sebesar Rp 1,2 triliun atau 36,4 persen dari target yang dipatok perseroan Rp 3,3 triliun. Dibandingkan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya, Pakuwon mencatatkan pertumbuhan perolehan
marketing sales hingga 105 persen.
“Jumlah tersebut diperoleh dari penjualan kondominium sebesar 49 persen, dan rumah tapak mencapai 51 persen,” ujar Direktur Pakuwon, Minarto Basuki, belum lama ini..
Sayangnya, meski mencatatkan pendapatan awal tahun ini sebesar Rp 1,16 triliun, tumbuh dari posisi kuartal I 2014 sebesar Rp 825,05 miliar, laba bersih Pakuwon turun 15,6 persen, dari Rp 382,47 miliar menjadi Rp 328,62 miliar.
“Meskipun ada perbaikan pada laba operasional Pakuwon, kinerja emiten masih lemah karena ada rugi valas dari obligasi US$ 200 juta,” ujar Liliana.
(ded)