Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan jasa telekomunikasi, PT XL Axiata Tbk menderita rugi yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk (rugi bersih) sebesar Rp 758,07 miliar pada kuartal I 2015. Padahal, sebelumnya perseroan meraih laba sebesar Rp 378,98 miliar pada kuartal I 2014.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan pada Rabu (6/5), pendapatan XL turun tipis menjadi Rp 5,48 triliun dari pendapatan periode tahun sebelumnya senilai Rp 5,51 triliun. Sayangnya, hal itu ditambah dengan naiknya beban perseroan menjadi Rp 6,35 triliun, dibandingkan beban tahun sebelumnya Rp 4,42 triliun.
Tercatat, beban infrastruktur XL naik menjadi Rp 2,23 triliun dari periode di tahun sebelumnya senilai Rp 1,79 triliun. Beban penyusutan juga naik menjadi Rp 1,74 triliun dari sebelumnya Rp 1,43 triliun.Hal itu ditambah adanya rugi selisih kurs senilai Rp 1,05 triliun, padahal pada periode tahun sebelumnya mengalami untung kurs Rp 477,67 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu membuat perseroan menderita rugi usaha Rp 875,38 miliar dari laba usaha tahun sebelumnya Rp 1,08 triliun. Sementara itu, rugi sebelum pajak tercatat Rp 1,01 triliun usai meraih laba sebelum pajak tahun sebelumnya Rp 583,77 miliar.
Dari sisi utang, perseroan mencatatkan liabilitas Rp 50,64 triliun hingga Maret 2015, naik dari Rp 49,58 triliun pada Desember 2014. Sementara itu, jumlah aset per Maret 2015 mencapai Rp 63,92 triliun naik dibandingkan jumlah aset per Desember 2014 yang Rp 63,63 triliun.
Sebelumnya, Presiden Direktur sekaligus CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, saat ini mereka tak lagi menggenjot pendapatan dari akuisisi pelanggan baru dengan menyediakan layanan tarif murah.
Dari strategi lama itu, XL bakal beralih untuk menyediakan layanan yang berkualitas, mengubah tarif, sehingga berdampak pada peningkatan rata-rata pendapatan per pengguna (average revenue per user/ARPU) dan pertumbuhan profit perusahaan.
"Dengan ini kami mau mencari pelanggan yang berkualitas. Dampak dari strategi ini adalah jumlah pelanggan tidak tumbuh banyak, tapi lebih kepada meningkatkan
profit," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, belum lama ini.
Dian mengatakan XL tak bisa lagi bertahan dengan strategi lama mengingat penetrasi pelanggan seluler mulai mentok dan kebiasaan pelanggan dalam menggunakan layanan seluler sudah berubah.