Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) untuk pelanggan industri pada awal Mei 2015 makin menambah beban operasional perusahaan-perusahaan yang menjadi anggota asosiasi.
Lonjakan TDL ditengah kondisi ekspor yang sedang lesu, telah mengakibatkan beberapa perusahaan tekstil gulung tikar dan terpaksa merumahkan puluhan ribu pekerja akibat besarnya tekanan pada kuartal I 2015.
"Setelah permintaan ekspor tekstil menurun, kini kami harus menghadapi kenaikan TDL. Hanya perusahaan yang memiliki working capital kuat saja yang mampu bertahan. Karena meskipun tidak beroperasi, kami tetap mengeluarkan beban-beban usaha untuk pergudangan, salah satunya untuk membayar listrik," ujar Ade di Jakarta, Rabu (6/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ade menjelaskan tagihan listrik adalah komponen biaya terbesar kedua setelah bahan baku dengan proporsi sebesar 18 hingga 26 persen dari total biaya produksi secara keseluruhan. Dengan demikian, tak heran jika nantinya akan ada banyak perusahaan tekstil yang gulung tikar.
"Antara Januari hingga April saja, sudah ada 18 perusahaan tekstil di Jawa yang sudah gulung tikar akibat tekanan ini. Hal tersebut mengakibatkan 30 ribu pekerja harus di
lay-off, bahkan sepertinya angka ini bisa bertambah," ujarnya.
Ia mengatakan, angka pemutusan angkatan kerja ini bisa bertambah menjadi 50 ribu pekerja apabila kondisi tak berubah hingga Agustus mendatang. Maka dari itu, ia meminta agar TDL tidak bersifat fluktuatif agar perusahaan tekstil bisa mengestimasi biaya yang dikeluarkan.
"Harga bahan bakar minyak (BBM) boleh naik turun, karena di negara lain juga seperti itu. Tapi sebisa mungkin harga listrik jangan seperti itu. Listrik harus jadi
agent of development, jangan sebagai komoditas pemasukan negara," tambahnya.
Sebelumnya, Ade juga pernah meminta pemerintah untuk memberikan diskon TDL sebesar 40 persen dari pukul 23.00 hingga 06.00 demi menjaga efisiensi biaya. Jika permintaan tersebut dipenuhi, Ade menyebut harga tekstil Indonesia bisa lebih murah dibanding produk negara pesaing lain seperti Vietnam mengingat Indonesia tak memiliki perjanjian kerjasama dengan negara-negara tujuan utama ekspor tekstil.
Data Badan Pusat Statistik baru-baru ini menunjukkan adanya pengangguran terbuka baru sebanyak 300 ribu orang selama satu tahun terakhir. Dari data tersebut, diketahui bahwa pengangguran lulusan SMK bertambah dari 7,21 persen menjadi 9,05 persen, namun pengangguran lulusan SD, SMP, dan SMA ternyata mengalami penurunan, masing-masing yakni dari 3,69 persen menjadi 3,61 persen, 7,44 persen jadi 7,14 persen, dan 9,10 persen menjadi 8,17 persen.
(gen)