Ketika Perlambatan Ekonomi Menguras Otak Menkeu dan BI

Agust Supriadi, Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Jumat, 08 Mei 2015 06:39 WIB
Perekonomian Indonesia melambat di kuartal pertama 2015. Begini jalan keluar Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia.
Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (CNN Indonesia/Antara Photo/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketidakpastian ekonomi dunia dan kejatuhan harga komoditas dituding sebagai biang keladi penghambat gerak mesin-mesin ekonomi domestik. Pemerintah dan Bank Indonesia pun dipaksa berpikir keras untuk meredam perlambatan ekonomi dengan memainkan instrumen kebijakan masing-masing.

Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan ketidakpastian pemulihan ekonomi global tercermin dari revisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi sejumlah negara mitra dagang Indonesia. Ekonomi Tiongkok, misalnya, dari sebelumnya bisa tumbuh dobel digit, kuartal I 2015 hanya bisa tumbuh 7 persen.

Nasib sial juga dialami hampir seluruh negara, kata Bambang, kecuali Amerika Serikat yang cemerlang sendirian di dunia. Alhasil Indonesia tak bisa menghindar dari dampak negatif pemburukan negara-negara mitra dagang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi luartal I 2015 sebesar 4,7 persen, lebih rendah dari perkiraan. Perlambatan ekonomi global menyeret kita yang disebabkan oleh ekspor-impor yang lebih rendah," kata Bambang di Ritz Charlton, Jakarta, Kamis (7/5).

Dari dalam negeri, Menkeu mengakui peran belanja pemerintah yang masih rendah kurang menstimulus ekonomi. Sementara penerimaan negara belum maksimal seiring dengan lesunya aktivitas ekonomi.

"Indonesia harus pertimbangkan sumber-sumber pembiayaan lain, selain dari pasar obligasi. Karena Pasar keuangan dunia sudah melemah," tuturnya.

Terkait harga minyak, lanjut Bambang, hampir seluruh dunia terpukul oleh kejatuhan harga komoditas, terutama minyak mentah. Hanya AS, kata Menkeu, yang menganggap kondisi pasar komoditas saat ini baik bagi perekonomiannya.

Ketika ekspor tak bisa diharapkan, Menkeu menilai konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah dan investasi masih bisa didorong perannya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Untuk belanja pemerintah, siklus belanja yang biasa meningkat pada kuartal-kuartal akhir diharapkan bisa jadi angin segar. Sementara investasi coba diupayakan meningkat dengan memberdayakan BUMN dan swasta sebagai agen pembangunan.

"Investasi faktor utama untuk stimulus pertumbuhan," kata Bambang.

BUMN dan swasta, kata Bambang, akan dilibatkan dalam proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Untuk menjaring lebih banyak pemodal, pemerintah menyiapkan insentif fiskal dan nonfiskal.

"Pemerintah sediakan insentif pajak tax allowance. Lalu untuk menarik swasta pemerintah mengeluarkan kebijakan land fund project facility dan One stop services," katanya.

Bank sentral tak mau ketinggalan peran. Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo memastikan otoritas moneter akan menjaga stabilitas indikator makro yang menjadi domainnya, yakni rupiah dan inflasi. Adapun instrumen moneter yang digunakan antara lain suku bunga acuan BI rate.

Dalam berbagai kesempatan, Agus kerap menyebut bauran kebijakan makroprudensial sebagai skenario BI menangkal perlambagan ekonomi. Dengan berkoordinasi secara intensif dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BI optimistis target-target ekonomi yang audah dicanangkan dapat tercapai di akhir tahun.

"Yang paling penting BI akan terus menjaga kebijakan moneter yang mengarah pada suku bunga rendah ke depannya," kata Agus.
(Baca FOKUS Sinyal Buruk Ekonomi Jokowi) (ags/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER