Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia mengalami penurunan surplus perdagangan sebesar 59,78 persen dari US$ 1,13 miliar pada Maret 2015 menjadi US$ 454,4 juta sepanjang April 2015. Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis angka tersebut menjelaskan, berkurangnya surplus terjadi akibat penurunan ekspor minyak dan gas bumi (migas) akibat pelemahan harga komoditas tersebut.
"Nilai ekspor April sebesar US$ 13,08 miliar atau turun 4,04 persen dibanding bulan sebelumnya sebesar US$ 13,72 miliar. Hal ini disebabkan karena
trading day kita lebih sedikit dibanding Maret, yaitu hanya 30 hari serta penurunan harga minyak pada bulan tersebut," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo di Jakarta, Jumat (15/5).
BPS mencatat penurunan nilai ekspor migas anjlok sebesar 26,2 persen meskipun hanya berkontribusi sebesar 11,16 persen dari total ekspor sepanjang Maret.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasilnya neraca perdagangan kita di sektor migas pun masih mengalami defisit, dengan nilai defisit mencapai US$ 877,9 juta. Impor migas kita sebesar US$ 2,33 miliar sedangkan ekspor migas kita hanya US$ 1,45 miliar," tambahnya.
Meskipun ekspor non migas turun tajam, namun penurunan non migas cenderung lebih kecil dimana penurunannya hanya sebesar US$ 0,02 miliar. BPS mengatakan bahwa kini sedang terjadi kenaikan harga komoditas, sehingga penurunan ekspor non migas tak begitu terasa.
"Kalau dilihat, ekspor non migas kita bulan ini sebesar US$ 11,63 miliar atau turun dibandingkan bulan lalu sebesar US$ 11,65 miliar. Namun, penurunan volume ekspor kita yang sebesar 3,52 persen ternyata lebih besar dibanding nilai ekspor dengan penurunan sebesar 0,17 persen, artinya kan harga komoditas sedang naik," tambahnya.
Meskipun surplus menurun, namun dari Januari hingga April neraca perdagangan tetap mengalami surplus sebesar US$ 2,77 miliar yang disokong oleh ekspor minyak hewan dan nabati sebesar US$ 6,42 miliar dari total ekspor non migas sebesar US$ 44,98 miliar pada periode tersebut.
(gen)