Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam dua pekan pertama bulan ini, kepemilikan obligasi negara oleh investor asing berkurang sebesar Rp 4,39 triliun. Kementerian Keuangan mensinyalir perlambatan ekonomi nasional pada kuartal I 2015 menjadi pemicu keluarnya modal asing dari pasar surat utang Indonesia.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat arus modal asing di pasar obligasi negara bergerak fluktuatif sejak awal tahun ini. Pada 4 Mei 2015, tercatat kepemilikan surat utang negara (SUN) sebesar Rp 509,24 triliun. Jumlahnya semakin menyusut dari hari ke hari dan terakhir menjadi sebesar Rp 503,79 triliun per 12 Mei 2015.
Schneider Siahaan, Direktur Strategis dan Portofolio Utang Kementerian Keuangan menduga pelemahan kurs akibat rencana Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga acuan menjadi penyebab keluarnya modal asing dari pasar obligasi negara. Selain itu, rilis data-data ekonomi nasional yang cenderung negatif kemungkinan juga menjadi alasan investor asing untuk mencari aman dengan menarik sementara modalnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kita lihat data-data ekonomi kuartal I agak turun, mungkin mereka akan
wait and see dulu," ujarnya kepada CNN Indonesia, Jumat (15/5).
Menurut Schneider, pelaku pasar modal asing kemungkinan baru akan masuk kembali ke Tanah Air setelah nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS kembali stabil. Selain itu, pemulihan ekonomi nasional di kuartal II 2015 juga diyakini akan menarik kembali modal-modal yang ke luar tersebut.
"Karena neraca transaksi berjalan kita sudah mulai surplus, itu trigger yang bagus. Tapi saya lihat lebih banyak karena faktor (rencana normalisasi kebijakan moneter) The Fed," tuturnya.
Pasar KacauApabila The Fed jadi menaikkan suku bunga acuannya pada Juni mendatang, Schneider menilai wajar jika investor sudah mulai berancang-ancang menarik dananya dari negara berkembang.
"Karenanya pasar (keuangan) kacau sekarang," ujar Schneider.
Kondisi ini, lanjut Schneider, membuat Pemerintah Indonesia mulai berhati-hati dalam menerbitkan obligasi berdenominasi valas. Setelah sukses melelang global bond sebesar Rp 50,5 triliun pada Januari lalu, rencananya akan terbit sejumlah varian obligasi valas lainnya pada kuartal II 2015, antara lain surat utang yen atau samurai bond dan surat berharga syariah dolar AS atau sukuk global.
"Masih kami jadwalkan di semester I 2015, tapi kalau peminatnya kurang tidak akan dipaksakan," tuturnya.
Terkait rencana penerbitan sukuk global, Schneider mengatakan DJPPR tengah melakukan penjajakan ke sejumlah negara potensial. "Saat ini tim kami lagi ketemu investor Timur Tengah," tuturnya.
(ags/gen)