Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian optimistis target pertumbuhan industri manufaktur sebesar 6,83 persen pada tahun ini dapat tercapai. Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan keyakinan tersebut muncul setelah melihat statistik output sektor manufaktur non migas kuartal I 2015 yang tumbuh 5,21 persen atau di atas pertumbuhan ekonomi 4,71 persen.
Kendati lazim manufaktur tumbuh lebih tinggi dibandingkan ekonomi, tetapi Saleh Husin menilai pencapaian itu cukup melegakan di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil.
"Apabila dilihat pada tahun 2011 hingga triwulan I tahun 2015, pertumbuhan industri non migas selalu di atas pertumbuhan ekonomi, hanya pada tahun 2013 pertumbuhan industri non migas sedikit di bawah pertumbuhan ekonomi," ujar Saleh melalui siaran pers, Jumat (15/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Menperin, prediksi pertumbuhan manufaktur 6,83 persen pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan target yang ditetapkan pemerintah pada akhir tahun lalu yang sebesar 6,1 persen. Berdasarkan estimasi sebelumnya, dengan pertumbuhan 6,1 persen saja, sektor manufaktur sudah bisa menyumbang Rp 1.329,85 triliun terhadap PDB nasional.
"Peningkatan pertumbuhan industri disertai dengan meningkatnya kontribusi sektor industri pengolahan non-migas terhadap PDB Nasional tahun 2015 sebesar 21,22 persen dan pada tahun 2019 dapat mencapai 24,15 persen," tuturnya.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, cabang industri yang tumbuh tinggi pada triwulan I tahun 2015 adalah Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional dengan pertumbuhan mencapai 9,05 persen, yang disusul oleh Industri Logam Dasar sebesar 8,66 persen.
Selain itu, Industri Makanan dan Minuman bertumbuh sebesar 8,16 persen dan kemudian disusul oleh Industri Barang Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik, dan Peralatan Listrik sebesar 8,14 persen.
Saleh berharap, peningkatan output industri ini juga bisa diimbangi dengan pertumbuhan investasi pada sektor manufaktur. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat adanya target realisasi investasi sektor manufaktur sebesar Rp 211,9 triliun atau 40,78 persen dari total target realisasi investasi sebesar Rp 519,5 triliun pada tahun ini.
"Hal ini tentu harus menjadi perhatian kita, mengingat investasi menjadi salah satu motor pendorong pertumbuhan yang sekaligus menyerap tenaga kerja di sektor industri," jelas Saleh.
Sebagai informasi, pertumbuhan output sektor industri non migas pada tahun 2014 sendiri mengalami perlambatan menjadi 5,3 persen dari angka 6,33 persen pada tahun sebelumnya. Dengan capaian pertumbuhan sebesar angka tersebut, sektor manufaktur mampu menyumbang sebesar 20,65 persen terhadap PDB Nasional pada tahun 2014.
(ags)