Ekonom: BI Rate Tetap Adalah Langkah Paling Aman

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 19 Mei 2015 17:05 WIB
“Langkah BI sudah benar. Karena itu terkait menjaga fluktuasi nilai tukar, tingkat inflasi, dan kondisi pasar," ujar Ahmad Erani Yustika dari Indef.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo saat memberikan keterangan terkait penetapan BI rate, seusai Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) cakupan triwulan I-2015. Jakarta, Selasa, 19 Mei 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom menilai kebijakan Bank Indonesia (BI) yang akhirnya memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 7,50 persen adalah langkah yang benar untuk menghindari fluktuasi ekonomi dan menahan gejolak pelemahan nilai tukar rupiah.

“Saya kira langkah BI sudah benar. Karena itu terkait menjaga fluktuasi nilai tukar, tingkat inflasi, dan kondisi pasar. Saya kira itu langkah yang paling aman,” ujar Ahmad Erani Yustika, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) kepada CNN Indonesia, Selasa (19/5).

Untuk diketahui, dalam perdagangan mata uang di pasar spot, nilai tukar rupiah tercatat menguat 31 persen terhadap dolar AS di level 13.098 pada Selasa (19/5) pukul 16.00 WIB. Sementara itu, dalam kurs tengah hari ini, rupiah tercatat melemah di level 13.183 dari sebelumnya di angka 13.116.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Memang belum akan ada perubahan yang berarti karena BI rate tetap. Namun setidaknya fluktuasi rupiah bisa dijaga jika BI rate tidak turun,” jelasnya.

Sementara itu, terkait permintaan beberapa pihak yang menginginkan BI rate diturunkan demi memperbaiki pertumbuhan ekonomi, Ahmad menilai hal itu harus dipikirkan secara matang dan tidak bisa sembarangan.

“Kita semua harus sadar, Bank Indonesia tidak bisa membuat kebijakan untuk menyenangkan semua pihak,” ungkapnya.

Ahmad menilai, untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang melambat, salah satu opsi yang paling mungkin adalah mempercepat penyerapan anggaran pemerintah. Menurutnya hal itu bakal mendorong aktivitas ekonomi yang berujung pada perbaikan pertumbuhan ekonomi.

“Bagi saya, percepatan penyerapan anggaran bakal jadi trigger utama pertumbuhan ekonomi pada saat ini,” jelasnya.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Tirta Segara mengatakan, keputusan mempertahan BI rate sejalan dengan sikap kebijakan moneter yang cenderung ketat untuk menjaga agar inflasi berada dalam sasaran 4 kurang lebih 1 persen pada 2015 dan 2016, serta mengarahkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat dalam kisaran 2,5-3 persen terhadap PDB dalam jangka menengah.

Menurutnya Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah tidak saja dalam mengendalikan inflasi dan defisit transaksi berjalan, tetapi juga dalam mempercepat stimulus fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Untuk itu, Bank Indonesia mendukung upaya Pemerintah untuk mempercepat realisasi proyek-proyek infrastruktur dan melanjutkan berbagai kebijakan struktural untuk menumbuhkan optimisme pelaku ekonomi terhadap perbaikan prospek ekonomi Indonesia,” ujarnya.

Terkait nilai tukar mata uang, Bank Indonesia menyatakan rupiah mengalami tekanan seiring penguatan dolar AS terhadap hampir semua mata uang. Pada triwulan I 2015, rupiah secara rata-rata melemah sebesar 4,4 persen secara kuartalan ke level Rp 12.807 per dolar AS.

“Penguatan dolar AS yang terjadi terhadap mayoritas mata uang dunia ditopang oleh ekonomi AS yang membaik dan kebijakan stimulus bank sentral Eropa (ECB). Namun, rupiah kembali menguat di bulan April 2015 sejalan dengan koreksi dolar AS dan persepsi risiko perekonomian domestik yang membaik,” jelas Tirta.

Bank Indonesia mencatat, rupiah secara rata-rata menguat 0,95 persen secara bulanan ke level Rp12.944 per dolar AS. “Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat mendukung stabilitas makroekonomi yang terjaga dan penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih sehat dan berkesinambungan,” ungkap Tirta. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER