Terhambat Sarana, BKPM Rayu Investor Listrik Jepang Tak Pergi

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 01 Jun 2015 15:11 WIB
BKPM mencatat selama Januari-Maret 2015 sudah ada tiga perusahaan asal Jepang yang berminat investasi US$ 3 miliar pada proyek-proyek pembangkit listrik.
Pembangkit listrik tenaga nuklir di Kota Takahima, Jepang. (REUTERS/Kyodo )
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tengah merayu investor Jepang untuk merealisasikan rencana investasinya di sektor infrastruktur ketenagalistrikan. BKPM mencatat selama Januari-Maret 2015 sudah ada tiga perusahaan asal Jepang yang berminat menggelontorkan modal senilai total US$ 3 miliar pada proyek-proyek pembangkit listrik.

Azhar Lubis, Deputi Bidang Pengendalian Penanaman Modal, optimistis rayuan BKPM akan berhasil jika melihat tingginya minat pemodal Jepang di sektor tersier pada kuartal I 2015. Menurutnya, sepanjang Januari hingga April 2015 minat investasi di sektor tersier dari Jepang mencapai US$ 1,64 miliar, naik 89,4 persen dibandingkan dengan komitmen yang masuk pada tahun lalu yang sebesar US$ 869 miliar.

"Kami inginnya Jepang menjajaki sektor tersier khususnya infrastruktur karena kita kan banyak program-programnya. Memang sektor manufaktur Jepang tetap prioritas, tapi kami harapkan investasi sektor tersier, khususnya di ketegalistrikan juga bisa diakomodasi," ujar Azhar di Jakarta, Senin (1/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, kata Azhar, para pemodal asal Negeri Sakura memberikan catatan khusus dibalik minat tinggi investasi di sektor tersier, antara lain campur tangan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana pendukung. Sejauh ini, lanjut Azhar, sebagian besar calon investor ketenagalistrikan belum mengajukan izin prinsip karena masih menunggu kepastian tersebut.

"Investasi ini sayangnya hanya sebatas minat karena kan mereka juga butuh jaringan transmisi untuk menyalurkan listrik mereka ke PT PLN. Tapi sayangnya, mereka belum tahu kapan PLN akan membangun sarana ini. Kalau begini terus, investor listrik tidak akan merealisasikan proyeknya padahal dari Jepang banyak peminatnya," ujarnya.

Azhar juga menambahkan, sejauh ini investasi Jepang di sektor ketenagalistrikan bukan terhambat pada keputusan investornya, melainkan pada faktor eksternal seperti pembebasan lahan. Untuk itu, ia yakin Jepang bisa dengan cepat merealisasikan investasinya jika pemerintah bisa mefasilitasi kekurangan tersebut.

"Nyatanya memang investasi Jepang selalu begitu, bukan dari korporasinya yang menghambat. Contoh saja Batang yang sebesar dua kali 1.000 megawatt. Bahkan investasi listrik Jepang di Cirebon sedang dibangun, mereka intinya bisa realisasi dengan cepat kalau faktor eksternalnya didukung. Realisasi investasi mereka juga terbilang cukup tinggi, sekitar 51 persen," tambahnya.

Sebagai informasi, satu dari tiga perusahaan Jepang yang menyatakan minat investasi di sektor ketenagalistrikan adalah Japan Gasoline Company (JGC). JGC rencananya akan mengucurkan modal sebesar US$ 300 juta pada proyek pembangkit listrik berkapasitas 50 megawatt (MW).

BKPM melaporkan realiasi investasi Jepang di Indonesia pada kuartal I 2015 mencapai US$ 1,2 miliar, meningkat 80,77 persen dibandingkan dengan perolehan kuartal sebelumnya US$ 663,8 juta. Angka tersebut jauh di atas realisasi investasi Negeri Sakura periode 2010-2014 yang sebesar  51 persen atau mencapai US$ 12,1 miliar dari rencana US$ 23,6 miliar.

BKPM menargetkan jumlah modal yang beralih dari Jepang ke Indonesia untuk investasi langsung sebesar US$ 3,42 miliar pada tahun ini atau diharapkan tumbuh 26,7 persen dari realisasi investasi tahun lalu US$ 2,7 miliar.

Namun secara keseluruhan, target realisasi investasi BKPM pada tahun ini mencapai Rp 519,5 miliar, di mana penanaman modal asing (PMA) memegang porsi 59,4 persen atau sebesar Rp 307 triliun. (ags/dim)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER