Lonjakan Harga di Depan Mata, Pemerintah Yakin Inflasi Rendah

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Rabu, 03 Jun 2015 15:03 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) meminta pemerintah mewaspadai lonjakan harga-harga kebutuhan pokok yang biasanya terjadi menjelang puasa dan Hari Raya Idul Fitri.
Menko Perekonomian Sofyan Djalil (tengah) bersama bersama Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (kanan), seusai rapat kordinasi terkait perkembangan nilai tukar dan defisit transaksi berjalan, di kantor Kementrian Perekonomian, Jakarta, Jumat, 13 Maret 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah menilai target inflasi 4 persen plus/minus 1 persen masih mungkin tercapai meski ada potensi lonjakan harga jelas puasa dan lebaran.

"Target inflasi kami tetap 4 plus/minus 1 persen. Belum cukup alasan mengubah itu," ujar Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di kantornya, Rabu (3/6).

Untuk mencapai target tersebut, kata Sofyan, pasokan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat harus lancar dan mencukupi selama masa puasa dan lebaran. Namun, Sofyan mengakui ada sejumlah faktor pemicu inflasi yang tidak dapat dikendalikan pemerintah, terutama yang berasal dari eksternal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang bisa dikontrol ya kami kontrol, tapi yang di luar kontrol tetap kami perhatikan. Apakah itu minyak, rupiah," tuturnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) meminta pemerintah mewaspadai lonjakan harga-harga kebutuhan pokok yang biasanya terjadi menjelang puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Kecenderungan kenaikan harga kebutuhan pokok, terutama bahan pangan, sudah terlihat sejak Mei yang tercermin dari laju inflasi bulanan sebesar 0,5 persen.

Berangkat dari hal tersebut, Kepala BPS Suryamin menghimbau pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM selama masa puasa dan lebaran.  Pasalnya, kebijakan ini bisa menggerus daya beli masyarakat dan berdampak terhadap kondisi perekonomian secara luas.

"Baiknya dalam kurun waktu ke depan bagusnya tidak. Karena kita menghadapi puasa, lebaran dan tahun ajaran baru. Karena disitu ada faktor psikologis," katanya, Senin (1/6). (ags/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER