Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mempertanyakan realisasi pembebasan visa bagi warga Jepang yang ingin masuk ke Indonesia. Tidak hanya para wisatawan, Franky menyebut para pengusaha Jepang yang notabene akan menanamkan modalnya di Indonesia juga menanti fasilitas bebas visa yang dijanjikan Menteri Pariwisata Arief Yahya tersebut.
Mantan Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPPMI) itu mengungkapkan, Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan fasilitas bebas visa untuk mengeruk modal dari negeri matahari terbit. Menurutnya, ada satu calon investor di sektor properti asal Jepang yang ingin membangun apartemen khusus lansia di Indonesia.
Posisi Indonesia sebagai negara tropis dipandang sebagai daya tarik para pensiunan asal negara tersebut yang mendambakan iklim hangat di kala cuaca di negerinya sedang dingin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Franky dengan struktur demografis Jepang yang memiliki jumlah warga pada usia tak produktif yang tinggi merupakan kesempatan yang tak boleh dilewatkan oleh Indonesia. Oleh karena itu, pembebasan visa perlu segera diterbitkan untuk mendukung realisasi investasi tersebut.
"Di tengah impian Indonesia yang ingin menggenjot sektor pariwisata, minat investasi ini perlu difasilitasi. Selain itu, sebenarnya para investor ini juga sudah lama ingin berinvestasi di sektor ini namun menunggu kepastian kapan kebijakan visa tersebut diimplementasikan," kata Franky di Jakarta, Kamis (4/6).
Investor ini menurut Franky membutuhkan kebijakan visa tersebut karena nantinya pengguna jasa apartemen ini adalah para lansia yang memiliki jangka waktu kunjungan selama enam bulan atau lebih, sedangkan izin visa asal Indonesia ke Jepang tak memiliki jangka waktu sepanjang itu. Rencananya, unit-unit apartemen ini akan disewakan ke lansia asal Jepang hanya sepanjang musim dingin.
"Lansia ini pada umumnya tidak tahan dingin. Bahkan sebelum proyek ini direncanakan, sudah banyak sekali wisatawan lansia Jepang yang datang ke Indonesia, tapi kebanyakan setiap tiga bulan sekali mereka singgah ke Singapura karena visanya hanya berlaku sepanjang waktu tersebut, padahal mereka ingin tinggal disini selama enam bulan," tambah Franky.
Meskipun mengatakan ada tawaran investasi di bidang tersebut, namun Franky belum bisa menyebutkan nilai investasinya karena proyek tersebut masih dalam proses studi kelayakan. Ia hanya menyebut bahwa si calon investor membidik Pulau Jawa sebagai lokasi pembangunan apartemen khusus lansia.
"Kalau proyek ini terealisasi, nanti bisa menghidupkan aspek ekonomi yang lain seperti pariwisata karena banyak yang akan menjenguk lansia tersebut, serta jasa keperawatan karena para lansia ini butuh perawat dengan standar tinggi," tambah Franky.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, pemerintah Joko Widodo berencana untuk membebaskan visa wisatawan asal Jepang, Korea Selatan, Rusia, dan Tiongkok agar tercipta devisa sebesar US$ 540 juta setiap tahun dan bisa mencapai target 10 juta turis mancanegara masuk ke Indonesia.
Dengan adanya pembebasan visa ini, maka total negara yang warganya bisa masuk ke Indonesia menjadi 19 negara yang diperkirakan menyumbang 95 persen turis asing yang masuk ke Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) kunjungan wisatawan asal Jepang pada April 2015 tercatat sebanyak 31 ribu orang atau 4,12 persen dari total wisatawan asing sebanyak 749,9 ribu orang pada periode tersebut. Angka tersebut berkurang dari angka 41,94 ribu wisatawan Jepang yang melancong ke Indonesia pada bulan sebelumnya, atau sebesar 5,42 persen dari total wisatawan mancanegara secara total dengan angka 766.067 orang.
Pensiunan BertambahKementerian Kesehatan Jepang sendiri memperkirakan pada 2055 nanti sebanyak 38 persen populasi penduduknya masuk kategori usia non-produktif, atau berusia 65 tahun ke atas. Proyeksi ini terbilang meningkat dibandingkan angka tahun 2006 dimana penduduk usia non produktif hanya sebesar 20 persen dari total populasi negara Sakura tersebut.
Dari segi investasi di Indonesia, data BKPM menunjukkan adanya US$ 1,2 miliar realisasi investasi Jepang pada kuartal I 2015, atau meningkat sebesar 80,77 persen dibanding angka kuartal sebelumnya yang bernilai US$ 663,8 juta. Sedangkan rasio realisasi investasi Jepang mencapai 51 persen antara tahun 2010 hingga 2014, dengan nilai investasi terealisasi mencapai US$ 12,1 miliar dari rencana US$ 23,6 miliar.
Selain itu, BKPM juga menargetkan realisasi investasi asal Jepang sebesar US$ 3,42 miliar, atau naik sebesar 26,7 persen dari total realisasi investasi asal Jepang yang nilainya mencapai US$ 2,7 miliar pada tahun lalu.
Sedangkan target realisasi investasi secara total pada tahun ini mencapai Rp 519,5 miliar, dimana Penanaman Modal Asing (PMA) memegang porsi sebesar Rp 307 triliun.
(gen)