Jakarta, CNN Indonesia -- Anjloknya penjualan minuman beralkohol telah dirasakan PT Delta Djakarta sejak 2014 lalu. Akibatnya, perseroan sempat menaikkan harga jual bir yang diproduksinya sekitar 10 persen di penghujung tahun.
Alan Fernandez Direktur Keuangan Delta Djakarta menjelaskan, tekanan untuk mengambil opsi menaikkan harga bir mulai terasa sejak November 2014 saat pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Tekanan inflasi perlahan meningkat di akhir 2014 saat pemerintah menaikkan harga BBM untuk mengurangi subsidi. Hal ini mendorong tingkat inflasi sebesar 8,4 persen,” ujar Fernandez di Jakarta, Kamis (11/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Naiknya harga BBM secara tidak langsung menambah beban operasional Delta Djakarta, terutama untuk mendistribusikan produk minuman beralkohol yang dijualnya kepada pelanggan. Kondisi tersebut diperparah dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terdepresiasi menembus angka Rp 13 ribu per dolar.
“Hal ini berdampak pada naiknya harga bahan baku impor dan bahan lainnya. Padahal penjualan sudah terasa melambat pada semester I 2014 karena lemahnya permintaan selama masa Pemilihan Umum,” katanya.
Selain beban biaya produksi dan operasi yang bertambah akibat isu ekonomi dan politik tersebut, Delta Djakarta menurut Fernandez sudah cukup menderita karena pada tahun tersebut pemerintah memberlakukan kenaikan tarif cukai sebesar 18,2 persen.
“Kami harus bayar cukai dari Rp 11 ribu per liter menjadi Rp 13 ribu per liter di awal 2014. Semua faktor tersebut yang akhirnya menyebabkan kami menaikkan harga bir di tahun lalu,” jelas Fernandez.