Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah bersama Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyepakati usulan subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis solar tahun depan di angka Rp 1.000 per liter. Dengan asumsi kuota solar yang diusulkan pemerintah sebanyak 16,82 juta kiloliter (kl) sampai 17,22 juta kl, maka jumlah subsidi yang harus disiapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 adalah Rp 16,82 triliun - Rp 17,22 triliun.
"Kita sepakati usulan subsidi solar Rp 1.000 per liter dan tidak ada subsidi untuk premium," ujar Pimpinan Rapat sekaligus Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika di Jakarta, Kamis (11/6).
Dalam kesepakatan terkait angka subsidi solar tahun depan, terdapat perdebatan kecil di antara fraksi yang ada di Komisi. Ini mengingat setiap fraksi memiliki pandangan sendiri mengenai angka ideal subsidi solar tahun depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai contoh fraksi Gerindra yang mengusulkan angka subsidi di angka Rp 1.200 per liter, fraksi Golkar yang sepakat dengan usulan pemerintah di Rp 1.000 per liter, hingga fraksi PDIP yang setuju dengan usulan pemerintah untuk tetap menyubisidi solar hingga maksimal Rp 1.500 per liter.
Adapun fraksi PKS, PAN, dan Nasional Demokrat tidak memberikan sikap atas usulan subsidi solar lantaran tak menghadiri rapat penetapan.
Dengan adanya putusan ini, itu artinya sudah empat poin usulan yang disepakati oleh pemerintah dan DPR, meliputi:
1. ICP: US$ 60 sampai US$ 70 per barel.
2. Lifting Minyak Bumi: 830 ribu-850 ribu bph
3. Lifting Gas Bumi: 1.100 ribu-1.200 ribu boepd
4. Subsidi Solar: Rp 1.000 per liter
Sementara saat ini Komisi VII DPR dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih membahas volume BBM subsidi dan juga elpiji.
Berikut usulan pemerintah:
1. Volume BBM Subsidi
- Minyak tanah: 0,7 juta kl
- Solar: 16,82 juta-17,22 juta kl
2. Volume elpiji 3 kg: 6,6 juta ton
(gen)