BI: Ekonomi Indonesia Mungkin Hanya Tumbuh 5 Persen Tahun Ini

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Jumat, 19 Jun 2015 14:29 WIB
Bank Indonesia (BI) memperkirakan perekonomian nasional masih akan tumbuh terbatas pada kuartal II 2015 akibat ekspor tertekan oleh kejatuhan harga komoditas.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (tengah) berbincang dengan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara (kedua kiri), Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo (kiri), Ronald Waas (kedua kanan), Halim Alamsyah (kanan) usai menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (19/5). (Antara Foto/Puspa Perwitasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan perekonomian nasional masih akan tumbuh terbatas pada kuartal II 2015 dan sepanjang tahun diprediksi hanya akan tumbuh sekitar 5 persen hingga 5,4 persen.

Tirta Segara, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI menuturkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2015 diprakirakan masih terbatas dan akan membaik pada triwulan-triwulan mendatang. Salah satu penghambat pertumbuhan antara lain ekspor yang diperkirakan masih akan tertekan sejalan dengan perekonomian global dan harga komoditas yang masih rendah.

Sementara itu, lanjutnya, investasi diperkirakan masih tumbuh terbatas, seiring dengan masih lemahnya impor barang modal dan perkembangan realisasi infrastruktur yang belum secepat perkiraan. Namun, konsumsi diperkirakan membaik, terindikasi dari indeks keyakinan konsumen yang meningkat pada Mei 2015.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada pada kisaran 5-5,4 persen pada 2015," ujarnya melalui keterangan tertulis, Kamis (18/6).

Menurut Tirta, diperlukan konsistensi dari pemerintah untuk mendorong percepatan realisasi belanja, termasuk untuk implementasi proyek-proyek infrastruktur, serta perbaikan iklim investasi. Semua itu dinilainya memiliki peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di 2015.

Sementara ekonomi global, BI melaporkan pertumbuhannya cenderung bias ke bawah disertai dengan masih tingginya risiko di pasar keuangan global. Potensi meleset tersebut terutama didorong oleh perkiraan pertumbuhan ekonomi AS yang tidak sekuat proyeksi sebelumnya, seiring dengan revisi ke bawah realisasi PDB AS pada kuartal I 2015.

Tekanan terhadap perekonomian AS dipengaruhi oleh penguatan dolar AS yang berdampak pada menurunnya kinerja sektor eksternal serta melemahnya investasi, khususnya di bidang energi. Hal ini mendorong terus berlanjutnya ketidakpastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di AS baik dari sisi waktu maupun besarannya.
BI juga menyoroti perlambatan ekonomi Tiongkok, meskipun berbagai kebijakan pelonggaran untuk menahan perlambatan ekonomi sudah diupayakan otoritas setempat. Sebaliknya, perekonomian Eropa diperkirakan membaik ditopang pelonggaran kondisi moneter dan keuangan yang cukup efektif, meskipun dibayangi risiko terkait dengan tingginya kekhawatiran kondisi negosiasi fiskal Yunani (Grexit).

"Risiko di pasar keuangan global masih cukup tinggi, yang berpotensi mendorong tekanan pembalikan modal portfolio dari emerging markets, termasuk dari Indonesia," ujar Tirta.

Kondisi tersebut salah satunya tercermin dari nilai tukar rupiah yang rata-rata melemah 1,5 persen ke level Rp13.141 per dolar AS pada Mei alu. Perkasanya dolar AS terhadap rupiah antara kain ditopang oleh kebijakan Quantitative Easing Bank Sentral eropa (ECB) dan dinamika negosiasi fiskal Yunani.

"Selain itu, tekanan terhadap rupiah juga disebabkan kekhawatiran terhadap melambatnya ekonomi domestik, meskipun tertahan oleh peningkatan outlook rating Indonesia oleh S&P," jelasnya. (ags/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER