BI Rate Diperkirakan Turun Pada Semester II

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Kamis, 18 Jun 2015 14:03 WIB
“Kami masih memproyeksikan ada pemangkasan BI rate sebesar 25 basis poin pada tahun ini," ujar Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas.
Logo Bank Indonesia. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat menilai penurunan suku bunga acuan (BI rate) kemungkinan akan terjadi pada semester II tahun ini. Sementara, untuk saat ini perubahan BI rate diprediksi tidak akan terjadi karena adanya tekanan inflasi dan fluktuasi nilai tukar rupiah.

Aldian Taloputra, Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas mengatakan, kebijakan suku bunga acuan kemungkinan tidak berubah di tengah tekanan inflasi dan volatilitas nilai tukar rupiah.

“Kami tengah melakukan kajian ulang, meskipun neraca perdagangan telah mencatat surplus yang persisten dan kemungkinan menghasilkan defisit transaksi berjalan yang lebih rendah di kuartal II 2015 serta tanda-tanda kelesuan ekonomi, kami berpikir bahwa bank sentral akan mempertahankan BI rate pada level 7,5 persen,” ujarnya dalam riset, dikutip Kamis (18/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan, hal tersebut mengingat kemungkinan inflasi mencapai 7 persen pada bulan Juni dan Juli 2015, yang diikuti oleh volatilitas nilai tukar rupiah.

“Meski begitu, kami masih memproyeksikan ada pemangkasan BI rate sebesar 25 basis poin pada tahun ini, jika tekanan inflasi dan nilai tukar rupiah stabil di semester II 2015,” jelasnya

Seperti diketahui, neraca perdagangan Mei 2015 mencatat surplus US$ 955 juta, ia menyatakan angka itu jauh lebih tinggi dari perkiraannya dan konsensus di US$ 454 juta dan US$ 661 juta, masing-masing. Capaian itu menandai serangkaian surplus terpanjang sejak Oktober 2011.

“Namun demikian, surplus terjadi karena kontraksi lebih dalam dari sisi impor dibandingkan dengan ekspor, yang merupakan alasan berlawanan dari pandangan kami sebelumnya,” ungkapnya.

Sementara, ekspor turun 4,1 persen secara bulanan dan 15,2 persen secara tahunan pada Mei 2015 yang dipimpin oleh barang-barang komoditas. Ekspor minyak dan gas turun 6,03 persen secara bulanan, sedangkan non migas melemah, yang dipimpin oleh ekspor yang lebih rendah pada CPO dan batubara

“Menariknya, penurunan ekspor adalah sebagai konsekuensi dari penurunan yang signifikan pada volume karena harga komoditas utama benar-benar meningkat pada periode yang sama. Volume ekspor non migas mengalami kontraksi 12,9 persen secara bulanan dan 20,4 persen secara tahunan, yang menunjukkan permintaan ekonomi global tetap melemah,” katanya.

Namun, lanjutnya, impor turun lebih dalam, yang menunjukkan permintaan domestik masih lemah. Impor tercatat terkoreksi 8,1 persen secara bulanan pada Mei 2015, diseret dari kedua sektor, baik migas maupun barang-barang non migas. Di sisi lain, kata Aldian penurunan ini berasal dari impor yang lebih rendah dari barang modal dan bahan baku.

“Fakta bahwa impor volume impor Mei 2015 turun 10,5 persen secara bulanan, atau 3,7 persen secara tahunan dibanding periode lalu, yang umumnya cenderung meningkat 1-2 bulan sebelum bulan puasa, menunjukkan bahwa ekonomi melambat sejak memasuki bulan kedua dari kuartal II 2015,” katanya. (gir/gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER