Mantan Menkeu: Jika BI Rate Turun, Maka Rupiah Melemah

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 18 Jun 2015 11:50 WIB
"Tidak ada ruang lagi untuk menurunkan interest rate. Bunga yang rendah akan membuat rupiah melemah," ujar Chatib Basri.
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, Jakarta, Senin 6 Oktober 2014. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Menteri Keuangan di Kabinet Indonesia Jilid II, Chatib Basri meramalkan Bank Indonesia (BI) tak akan mengubah angka BI Rate, atau tetap di level 7,5 persen. Dengan kondisi rupiah yang kian melemah, ia berpandangan bahwa tingkat suku bunga yang menurun akan menjadi disinsentif investasi dengan denominasi rupiah.

"Jika tingkat suku bunga acuan diturunkan, maka pengembalian dari sisi investasi akan menjadi lebih kecil. Dengan depresiasi rupiah yang diprediksi hingga akhir tahun, saya rasa menurunkan BI rate akan sangat kurang menarik dari sisi mata uang," jelasnya di Jakarta, Rabu (17/6).

Malah, ia berprediksi bahwa rupiah akan terus semakin melemah jika BI Rate semakin diturunkan. Maka dari itu, akan lebih aman jika BI tetap mematok angka BI Rate tetap di angka 7,5 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ada ruang lagi untuk menurunkan interest rate. Bunga yang rendah akan membuat rupiah melemah," tambahnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa tanpa menurunkan BI Rate pun rupiah dipastikan semakin terperosok apabila normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat tak segera dilaksanakan. Karena sejak digaungkan tahun lalu, antisipasi atas pengumuman kenaikan suku bunga acuan AS selalu membuat tekanan terhadap mata uang lain.

Maka dari itu, Chatib berharap The Fed segera melaksanakan kebijakan moneter tersebut agar tak terjadi spekulasi-spekulasi yang memberatkan negara-negara berkembang. Ia yakin hal tersebut dapat memperbaiki nilai tukar mata uang setelah berkaca pada kebijakan pemberhentian quantitative easing di tahun 2013.

"Setiap kali menjelang Federal Open Market Committee (FOMC) meeting, pressure ke currency selalu terjadi, tapi tekanan itu memang ada di semua mata uang di semua negara yg perekonomiannya mengandalkan sektor ekstraktif," terangnya.

Sebagai informasi, pada bulan Februari lalu BI menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin, dari 7,75 persen ke 7,5 persen; serta penurunan suku bunga fasilitas deposito dari 5,75 persen menjadi 5,5 persen pada Februari akibat terjadinya deflasi pada Januari sebesar 0,24 persen dan 0,36 persen di Februari.

Keputusan mempertahankan BI Rate itu dijalankan selama tiga bulan berturut-turut mengingat BI memprediksi inflasi tahunan masih berada di kisaran 4 plus minus 1 persen dan defisit transaksi berjalan masih bisa diarahkan di angka 2,5 hingga 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Kendati demikian, pada bulan lalu Wakil Presiden Jusuf Kalla justru menginginkan BI Rate diturunkan pelan-pelan karena pemerintah menginginkan adanya investasi dengan suku bunga rendah. (gir/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER