Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan penyewaan menara telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, segera mencicil utang yang akan jatuh tempo pada tahun ini sebesar Rp 730 miliar mulai 26 Juni mendatang.
Direktur Keuangan Tower Bersama Helmy Yusman Santoso mengatakan perusahaan tengah mengalami kelebihan kas akibat besarnya pendapatan sebelum pajak, bunga, dan depresiasi (EBITDA) sebesar Rp 700 miliar antara kuartal I dengan kuartal yang sedang berjalan, yang bisa membantu perseroan mengembalikan utang-utangnya.
"Kami mengalami
excess cash antara kuartal I dengan kuartal yang sedang berjalan sebesar Rp 700 miliar. Mengingat belanja modal sudah bisa di
handle, maka kami putuskan
excess cash itu untuk membayar utang-utang kami sebesar Rp 730 miliar, atau US$ 55 juta," tutur Helmy di Jakarta, Selasa malam (23/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan, uang tersebut akan digunakan untuk membayar utang sindikasi yang berasal dari 11 bank asing, di mana saldo jatuh tempo pada tahun 2015 secara keseluruhan mencapai Rp 3,19 triliun. Sedangkan per akhir Maret 2015, total pinjaman sindikasi tersebut tercatat di angka Rp 8,13 triliun.
Sebagai informasi, pada bulan November lalu perusahaan melakukan pinjaman sindikasi senilai US$ 1,3 miliar atau setara Rp 16,64 triliun untuk
refinancing utang jatuh tempo US$ 2 miliar serta tambahan modal kerja. Utang sindikasi tersebut terdiri dari
unsecured term and revolving credit facilities senilai US$ 1 miliar dan
unsecured revolving credit facilities senilai US$ 300 juta.
Unsecured term and
revolving credit facilities senilai US$ 1 miliar tersebut terbagi menjadi tiga fasilitas, yaitu fasilitas A sebesar US$ 400 juta, fasilitas
revolving B sebesar US$ 300 juta, dan fasilitas
revolving C sebesar US$ 300 juta. Tenggat waktu fasilitas tersebut masing-masing pada tahun 2020, 2018, dan 2015.
Kendati membayar utang menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat, namun perusahaan tidak khawatir terkena rugi kurs karena telah melakukan lindung nilai (
hedging) bagi seluruh utangnya. Tak hanya melakukan
hedging bagi utang, perusahaan juga melakukan lindung nilai terhadap surat-surat berharganya senilai US$ 650 juta, yang terdiri dari US$ 350 juta bertenggat tahun 2022 dan juga US$ 300 juta yang bertenggat tahun 2018.
"Semua
bond kami senilai US$ 650 juta sudah kami
hedging, selain itu utang sindikasi US$ sudah di-
hedging, dan sisa US$ 200 juta untuk
recover juga sudah lindung nilai. Kedepannya kami tak akan lagi ada
hedging karena memang kami semua utang kami sudah di-
hedging sebesar 100 persen," tambahnya.
Ke depannya, perusahaan belum berpikir untuk menambah pinjaman mengingat seluruh biaya operasional dan belanja modal masih bisa dikelola menggunakan kas internal perusahaan. Namun, Helmy mengatakan bahwa Tower Bersama akan siap menarik pinjaman lagi jika terdapat permintaan tenant menara di periode-periode berikutnya.
"Kami belum akan mengambil pinjaman dan obligasi lagi pada tahun ini, tapi kami siap apabila nantinya dibutuhkan tambahan dana untuk kebutuhan belanja modal tambahan," tegasnya.
Sebagai informasi, posisi kas dan setara kas perusahaan per Maret 2015 mencapai Rp 699,94 miliar. Sedangkan belanja modal pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp 2 triliun, yang sebagian besar akan dialokasikan untuk penambahan menara sebanyak 2 ribu unit.