Jakarta, CNN Indonesia -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) optimistis dapat menuntaskan proses jual-beli tenaga listrik (power purchase agreement/PPA) pada tahun ini dan 2016 masing-masing 10 ribu MW. Sofyan Basir, Direktur Utama PLN menjelaskan harga jual listrik per MW sebesar US$ 1,5 juta sehingga total proyek per tahunnya mencapai kisaran Rp 150 triliun.
"Progresnya sudah jalan semua. Mudah-mudahan 10 ribu MW tahun ini sudah tanda tangan PPA pada akhir tahun. Tahun depan kira-kira 10 ribu MW lagi," ujar Sofyan usai rapat terbatas di Istana Presiden, Kamis (25/6).
Untuk porsi PPA tahun ini, kata Sofyan, PLN hanya akan menyediakan sekitar 4 ribu MW dan selebihnya atau sekitar 6 ribu MW akan dipenuhi dari pembangkit listrik swasta atau Independen Power Producer (IPP).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah PPA disepakati, lanjut Sofyan, diperkirakan proyek pembangkit listrik yang ditawarkan tuntas dibangun dalam tiga tahun. Dengan demikian, untuk PPA 10 ribu MW yang akan ditandatangni pada kahir tahun ini baru akan tuntas pembangunannya pada 2019.
"Untuk nilainya itu 10 ribu MW dikali US$ 1,5 juta. Karena (harga jualnya) US$ 1,5 juta per mw, jadi kira (nilai proyeknya) Rp 150 triliun,"jelas Sofyan Basir.
Mantan Dirut BRI itu memaparkan proyek pembangkit listrik 10 ribu MW yang dimulai tahun ini tersebar di sejumlah wilayah. Rinciannya adalah di Sumatera sebesar 1.158 MW, Jawa dan Bali 5 ribu, Kalimantan 700 MW, Sulawesi 2.560 MW, serta Maluku dan Papua 500 MW.
Dalam rapat terbatas, jelas Sofyan, Presiden Joko Widodo sangat mendukung pelaksanaan proyek pembangkit yang merupakan bagian dari Program Listrik 35 ribu MW tersebut. Bahkan untuk memastikan kelancaran eksekusi, Jokowi meminta aparat penegak hukum mengawal program tersebut agar berbagai masalah hukum yang menghambat bisa dituntaskan cepat.
(ags)