Restrukturisasi, BWPT Cari Utang Rp 2,5 Triliun

CNN Indonesia
Jumat, 26 Jun 2015 09:01 WIB
Selain untuk restrukturisasi cicilan utang-utang yang segera jatuh tempo, dana tersebut juga bakal digunakan untuk memenuhi belanja modal.
Kebun sawit dan pabrik pengolahan minyak sawit milik PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT). (Dok. Eagle High Plantations)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan perkebunan kelapa sawit, PT Eagle High Plantation Tbk. (BWPT) berencana melakukan restrukturisasi cicilan utang-utang yang jatuh tempo pada tahun ini. Perseroan bakal mencari dana hingga Rp 2,5 triliun, guna restrukturisasi tersebut dan juga membiayai belanja modal.

"Kita akan menjajaki refinancing (restrukturisasi) untuk membayar cicilan utang yang akan jatuh tempo tahun ini. Lebih lanjut, restrukturisasi ini tak hanya dilakukan pada satu waktu tertentu saja, namun dilakukan secara bertahap," ujar Corporate Secretary Eagle High, Rudy Suhendra di Jakarta, Kamis (25/6).

Seperti terlihat di dalam laporan keuangan perusahaan kuartal I 2015, sisa kewajiban jangka panjang perusahaan berjumlah Rp 6,30 triliun, di mana cicilan utang jangka panjang yang akan jatuh tempo mencapai Rp 773,28 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui, pinjaman tersebut berasal dari sindikasi tujuh bank antara lain PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia, PT Bank Mega, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank QNB Kesawan, dan PT Bank Jasa Jakarta.

Restrukturisasi ini rencananya juga akan digunakan untuk membayar utang obligasi yang nilainya mencapai Rp 703,63 miliar per Maret 2015. Selain itu, perusahaan pun juga memiliki pinjaman jangka pendek sebesar Rp 337,11 miliar, sehingga total seluruh utang jatuh tempo perusahaan pada tahun ini mencapai Rp 1,81 triliun.

Kendati merencanakan untuk restrukturisasi utang, namun perusahaan mengaku masih menjajaki pihak perbankan agar bisa melancarkan hal tersebut. Perusahaan bahkan menyebut BNI, BRI, dan Bank Mandiri sebagai target mitra pembiayaan yang utama.

"Ketiga bank tersebut mengerti sekali mengenai investasi. Selain itu, bank-bank tersebut juga telah menjadi mitra pembiayaan kami selama ini," jelas Darjoto Setyawan, Komisaris Utama Eagle High di lokasi yang sama.

Belanja Modal

Selain digunakan untuk membayar utang jatuh tempo, dana senilai Rp 2,5 triliun tersebut juga akan digunakan untuk membiayai belanja modal perusahaan yang mencapai Rp 800 miliar tahun ini.

Belanja modal perusahaan akan difokuskan untuk pembiayaan dua pabrik baru senilai Rp 200 miliar, penanaman baru senilai Rp 100 miliar, dan perawatan tanaman yang belum menghasilkan senilai Rp 500 miliar.

Untuk pabrik, rencananya perusahaan akan membangun dua buah pabrik crude palm oil (CPO) baru di Kalimantan Barat dan Papua dengan nilai US$ 200 juta. Kedua pabrik tersebut masing-masing diharapkan memiliki kapasitas sebesar 45 ton per jam dan bisa beroperasi pada tahun 2016 mendatang.

Selain itu, perusahaan juga berupaya untuk menanam 5 hingga 10 ribu tanaman baru demi menghasilkan produksi yang lebih banyak. Penanaman baru ini rencananya akan dilakukan di lahan perusahaan yang belum tergarap, dengan luas mencapai 270 ribu hektare.

Dengan adanya upaya peningkatan produksi tersebut, perusahaan yakin bisa memiliki performa baik di tahun depan. "Jika performa kami baik di tahun depan, maka pembiayaan dari pihak ketiga bisa kita kurangi," jelas Rudy.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER