Jakarta, CNN Indonesia -- Beragam cara dilakukan perusahaan minyak dan gas bumi dalam menyiasati rendahnya harga minyak dunia. Di tengah tren anjloknya harga minyak dunia ke kisaran US$ 50 per barel, sejumlah kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) lebih memilih mengerem kegiatan produksi dan eksplorasinya pada tahun ini.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, hingga semester I 2015 realisasi kegiatan survei yang dilakukan semua KKKS baru 12 kegiatan dari 46 kegiatan yang direncanakan.
Begitu juga dengan program pengeboran sumur eksplorasi, hingga 30 Juni 2015 baru sebanyak 26 sumur dari 157 sumur yang direncanakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Minimnya kegiatan eksplorasi ini akan berdampak pada rendahnya penemuan cadangan baru dan kesinambungan produksi di tahun-tahun mendatang. Tapi kita belum tahu (penurunannya)," kata Amien di kantor SKK Migas, Rabu (8/7).
Selain rendahnya harga minyak dunia, ujar Amien, minimnya kegiatan eksplorasi juga didasarkan pada kendala perizinan dan pembebasan lahan. Berangkat dari hal itu, jajaran SKK Migas pun berharap dukungan seluruh pihak untuk mendorong terealisasinya kegiatan eksplorasi yang sudah diprogramkan.
"Persoalan perizinan dan pembebesan pada dasarnya merupakan problem klasik. Maka dari itu kami harapkan semua pihak bisa saling bekerja sama untuk bisa meningkatkan cadangan dan produksi migas nasional," katanya.
Produksi di Bawah TargetSebagai informasi, hingga akhir Juni 2015, rata-rata lifting minyak bumi sebesar 763.600 barel per hari (Bph) atau 92,6 persen dari target APBNP 2015. Sementara lifting gas bumi tercatat baru mencapai 6.587 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau sekitar 96,4 persen dari target yang dipatok.
Guna menjaga produksi, kata Amien, pihaknya akan terus mendorong para KKKS untuk mematuhi rencana kerja dan pembiayaan (work program and budgeting/WP&B).
"Kami berharap mereka menjaga (aktivitas) agar tidak berpengaruh pada produksi. Sehingga produksi untuk tahun ini dan berikutnya tidak berkurang secara drastis. Tapi pengurangan aktivitas sebagai akibat dari penurunan harga minyak tidak berpengaruh besar terhadap target produksi," jelasnya.
(ags)