Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui komposisi perdagangan saham di Tanah Air belum ideal, mengingat 90 persen pangsanya hanya dikuasai oleh segelintir sekuritas. Hal ini disinyalir transaksi mayoritas broker terlampaui kecil sehingga pengasaan pasar menjadi tak seimbang.
Untuk itu, otoritas bursa meminta sekuritas kecil untuk meningkatkan nilai perdagangannya dan mendorong investor lokal untuk aktif bertransaksi guna memperbaiki struktur pasar.
Alpino Kianjaya, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI mengungkapkan saat ini tercatat ada 116 sekuritas atau broker yang bertransaksi di bursa saham nasional, di mana enam di antaranya dibekukan. Namun, sekitar 90 persen dari total nilai perdagangan saham hanya dikuasai oleh 50 broker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sedangkan sisanya (60 broker) hanya menguasai 10 persen perdagangan," ujarnya di gedung BEI, Rabu (8/7).
Menurut Alpino, salah satu cara menaikkan nilai perdagangan adalah dengan mengenalkan nasabah ke produk-produk pasar saham dan menambah jumlah emiten. BEI, kata Alpino, akan memberikan peta lokasi investor kepada broker agar lebih proaktif dalam menjaring investasi baru.
“Harapan kami adalah bagaimana broker-broker yang kecil ini dapat menaikkan nilai perdagangan,” katanya.
Direktur Pengembangan BEI, Hosea Nicky Hogan mengatakan, pihaknya juga akan mendorong investor lokal untuk aktif bertransaksi di pasar modal. Caranya, melalui kerjasama dengan sekuritas atau Anggota Bursa (AB) di berbagai daerah.
"Saat ini ada 400 ribu investor lokal dan hanya sekitar 100 ribu yang aktif bertransaksi. Sehingga, diperlukan dorongan agar para investor tersebut tidak hanya menjadi investor pasif," ujarnya.
Nicky menduga rendahnya partisipasi investor di lantai bursa karena takut merugi atau memang tidak memiliki waktu untuk bertransaksi.
"Hal ini perlu bantuan teman-teman AB, kami bisa liat jumlah investor di daerah mana yang tidak aktif. Kami akan kirim surat ke AB tersebut untuk menginformasikan dan mendorong investor agar aktif," kata Nicky.
Untuk meningkatkan jumlah investor, Nicky menyatakan pihaknya akan aktif menyebarkan informasi investasi yang mudah dicerna kelompok masayrakat produktif, yakni yang berusia mulai dari 25 tahun sampai 40 tahun.
"Orang berpandangan investasi di pasar modal butuh dana besar, padahalkan untuk memiliki saham yang bagus tidak lebih dari satu juga, misalnya harga saham A Rp 7.000 per lembar, membeli satu lot saham (100 lembar) hanya dengan Rp 700 ribu," tutur Nicky.
Dia menargetkan 100 ribu investor baru terjaring masuk ke pasar modal, baik investor saham maupun reksadana. Untuk itu, perlu sosialisasi ke berbagai daerah guna memberikan pemahaman mengenai keuntungan dan risisko berinvestasi di pasar modal .