Bank Dunia: 2015, Harga Energi Rendah Meski Harga Minyak Naik

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Rabu, 22 Jul 2015 08:52 WIB
Bank Dunia memproyeksi rata-rata harga minyak mentah dunia akan berkisar US$ 57 per barel pada tahun ini, naik dari proyeksi sebelumnya US$ 53 per barel.
Kilang minyak di Rusia. (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Dunia memproyeksi rata-rata harga minyak mentah dunia akan berada pada kisaran US$ 57 per barel pada tahun ini menyusul kenaikan harga emas hitam sebesar 17 persen pada kuartal II 2015.

Proyeksi baru tersebut sekaligus merevisi naik prediksi harga minyak mentah sebelumnya, yang pada April lalu dipatok pada kisaran US$ 53 per barel.

Dalam keterangan resminya, Rabu (22/7), Bank Dunia melaporkan bahwa harga energi naik 12 persen selama April-Juni 2015, di mana lonjakan harga minyak diimbangi oleh harga gas alam yang turun 13 persen dan harga batubara yang terkoreksi 4 persen. Namun, Bank Dunia mengharapkan harga energi rata-rata 39 persen lebih rendah dari rata-rata harga tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengacu pada Outlook Komoditi Pasar, yang merupakan update data kuartalan pasar komoditas internasional, Bank Dunia memperkirakan harga gas alam akan turun di tiga pasar utama, yakni Amerika Serikat, Eropa, dan Asia. Khusus untuk harga batubara, diproyeksi  turun 17 persen.

Untuk komoditas non-energi, Bank Dunia melaporkan penurunan harga sebesar 2 persen pada kuartal II 2015. Sepanjang tahun, lembaga keuangan multilateral ini meyakini rata-rata harga komoditas non-energi akan berada 12 persen di bawah tingkat 2014.

"Permintaan untuk minyak mentah lebih tinggi dari yang diharapkan pada kuartal kedua. Meskipun terjadi kenaikan tipis dalam perkiraan harga untuk 2015, persediaannya yang besar serta produksinya yang naik dari anggota OPEC menunjukkan bahwa harga kemungkinan akan tetap lemah dalam jangka menengah, "kata John Baffes, Ekonom Senior Bank Dunia dan penulis utama Komoditi Pasar Outlook.

Bank Dunia juga menyoroti perjanjian nuklir baru antara Iran, AS dan negara terkemuka lainnya. Apabila kesepakatan baru tersebut disahkan, maka sanksi terhadap Iran akan lebih ringan,  termasuk soal pembatasan ekspor minyak dari negara tersebut.

Di sisi lain, peran yang dimainkan oleh China dan India terkait konsumsi komoditas global juga menjadi perhatian Bank Dunia. Konsumsi China diperkirakan masih akan melemah. Sedangkan permintaan India untuk logam dan energi, terutama batubara, masih akan tinggi tetapi tidak untuk komoditas pangan. (ags)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER